5 Tahapan Menjadi Dokter Spesialis (Jenjang Pendidikan Jurusan Kedokteran)

Untuk terjun dalam pendidikan kedokteran tidak hanya diperlukan kemampuan akademis yang cemerlang, tetapi juga minat dan motivasi agar dapat tetap survive selama masa pendidikan kedokteran yang cenderung panjang.

Lalu apa saja tahapan menjadi dokter spesialis, serta bagaimana gambaran sistem di jenjang pendidikan sarjana kedokteran ini?

Tahapan Menjadi Dokter Spesialis

Di Indonesia, pendidikan dokter mengacu pada suatu Kurikulum lnti Pendidikan Dokter lndonesia (KIPDI), yang saat ini menggunakan KIPDI III.

KIPDI III ini relatif masih baru dan menggunakan metode sistem Problem Based Learning (PBL) dengan konsep SPICES (Student centered, Problem based learning, Community oriented, Early clinical exposure, Systematic).

Kurikulum ini mengintegrasikan lahan praktik klinik dan preklinik, serta memperkenalkan lebih awal kepada mahasiswa mengenai pengetahuan klinik berupa kasus-kasus dan pelatihan keterampilan kepada phantom (model) bahkan langsung kepada pasien.

Proses pembelajaran di fakultas kedokteran ini tidak terpaku face to face antara mahasiswa dan dosen di kelas saja, tetapi juga melibatkan perkuliahan interaktif, tutorial, praktikum, seminar, dan kerja lapangan.

1. Sarjana Kedokteran (S. Ked.)

Sarjana kedokteran
©instagram.com/ganaitou

Program studi sarjana kedokteran biasanya rata-rata mempunyai beban studi kumulatif sebesar 144 SKS (Sistim Kredit Semester) yang membutuhkan waktu selama 7 sampai 14 semester atau 3.5 sampai 7 tahun. Hal ini tergantung dengan kemampuan dan kedisiplinan mahasiswa.

Namun jika kamu disiplin, tidak pantang menyerah, dan mempunyai motivasi yang tinggi, biasanya rata-rata dapat menyelesaikan dalam jangka waktu 7 atau 8 semester saja atau 3.5 sampai 4 tahun.

Lalu bagaimana jika kita telah menyelesaikan pendidikan yang ditandai dengan pencapaian terpenuhinya seluruh beban studi kumulatif selama 7 sampai 14 semester tersebut?

Jika telah berhasil menyelesaikannya kemudian kita akan diwisuda dan mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran atau yang biasa dikenal S. Ked. Apakah kita sudah bisa terjun ke dunia kerja?

Belum! Kita harus mendapatkan gelar profesi dulu atau yang kita kenal dengan “dr.”, dan untuk mendapatkan itu kita harus lanjut ke dunia co-ass (co-asisten)/dokter muda.

Nah, secara umum mari kita jabarkan 3 tahap pendidikan ke dokteran, di mana tahap 1 dan tahap 2 ditempuh selama pendidikan sarjana kedokteran dan tahap 3 ditempuh selama tahap profesi kedokteran (co-ass),

a. Tahap 1: General Education

Tahap ini biasanya terdapat di semester I di mana mengajarkan tentang pencapaian keterampilan dan sikap dasar pendidikan dokter.

Fokus programnya adalah dasar dasar dan perkenalan di dunia medis, seperti:

  • Program dasar pendidikan tinggi.
  • Pengantar empati.
  • Etika profesi.
  • Pertolongan pertama pada kegawatdaruratan, dan lain-lain.

b. Tahap 2: Medical Sciences

Tahap ini dipelajari pada semester 2 – 7, disebut juga masa preklinik, biasanya pada masa preklinik ini dibagi menjadi sekitar 21 blok. Contoh bloknya adalah:

  • BIok metaboIisme.
  • Blok kardiovaskuler.
  • Blok respirasi, dan lain-lain.
Baca juga:  Syarat, Tips, dan Persiapan Kuliah di Jurusan Kedokteran

Jadi sekitar 21 blok tersebut diselesaikan selama 7 semester atau 3.5 tahun, dan dibagi pertahunnya ada sekitar 6 blok.

Dari blok tersebut terdapat modul modul mata kuliah yang harus mahasiswa kedokteran pelajari, dan di setiap blok ini juga terdapat evaluasi atau ujian, yaitu ujian OSCE (evaluasi skill lab) yang berbentuk ujian praktik di laboratorium baik dengan phantom (model) atau langsung dengan pasien dan ujian MCQ/MEQ (multiple choice/modified essay) yang berbentuk ujian tulis di kelas baik dengan soal objektif maupun soal essay.

Jadi pada pendidikan kedokteran ini ujiannya adalah setiap blok bukan setiap semester. Setelah mampu menyelesaikan tahap 1 dan tahap 2 ini baru mahasiswa kedokteran mendapatkan gelar S. Ked. yang kemudian harus dilanjutkan pada Tahap 3: Tahap klinik (co-ass).

2. Profesi Kedokteran (dr.)

Profesi kedokteran
©unsoed.ac.id

Kita baru dapat mengambil Profesi Kedokteran (dr.) ini setelah menyelesaikan dan mendapat gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked.) dan melanjutkan Tahap 3 seperti yang telah dijelaskan di atas.

Tahap 3 adalah tahap klinik atau yang biasa disebut co-ass (asisten dokter)/dokter muda. Tahap ini ditempuh selama minimum 3 semester. Pada tahap ini dokter muda akan menuntut ilmu dan ditempatkan di lahan praktik seperti di rumah sakit.

Selama tahap klinik ini para co-ass/dokter muda akan menjalani stase-stase atau bagian-bagian di rumah sakit yang berbeda-beda, seperti stase penyakit dalam, stase kebidanan, stase bedah, stase THT, dan lain sebagainya.

Jika co-ass/dokter muda berhasil menyelesaikan tahap klinik ini maka mereka akan diwisuda lagi dan dinyatakan berhak mendapat gelar Dokter (dr). Lalu apa cukup sampai disitu saja?

Tidak, menjadi dokter adalah perjuangan yang panjang namun berbuah manis, setelah itu para dokter harus mengikuti Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) yang diselenggarakan oleh IDI (Ikatan Dokter Indonesia) yang bertujuan untuk mendapatkan Sertifikat Kompetensi Dokter (SKD).

Lalu bagaimana jika kita telah mendapatkan Sertifikat Kompetensi Dokter (SKD)?

Setelah itu kita harus mengikuti program internship terlebih dahulu selama 1 tahun, dan mendapatkan bayaran atas jasa dokter tersebut.

Setelah kita berhasil melewati masa internship ini maka baru kita berhak mengajukan surat izin praktik secara mandiri atau melamar pekerjaan di instansi lainnya sesuai yang diminati.

3. Dokter Spesialis (Spesialis 1)

Dokter spesialis
Anggraeni Noviandini merupakan dokter spesialis kulit dan kelamin ©rspermatapamulang.co.id

Dokter spesialis adalah dokter yang melanjutkan pendidikan kembali setelah berhasil menamatkan Sarjana Kedokteran (S. Ked.) dan telah meraih gelar profesi dokter (dr.) lalu mengkhususkan diri dalam suatu bidang ilmu kedokteran tertentu, misalnya dokter spesialis kandungan atau dokter spesialis penyakit dalam.

Baca juga:  Mengenali Ciri-Ciri Penyakit Kista Ovarium

Seorang dokter harus menjalani pendidikan profesi dokter pasca sarjana (spesialisasi) untuk dapat menjadi dokter spesialis ini.

Pendidikan dokter spesialis di Indonesia dinamakan Program Pendidikan Dokter Spesialis atau PPDS, yaitu program pendidikan untuk melatih seorang dokter umum untuk menjadi dokter spesialis tertentu.

Lama pendidikan ini bervariasi rata-rata 8 semester atau 4 tahun. Program ini baru dilakukan oleh beberapa fakultas kedokteran di universitas negeri yang bekerja sama dengan Rumah Sakit pendidikan.

Dokter umum yang melanjutkan pendidikan sebagai dokter spesialis ini akan disebut residen.

Macam-macam gelar dari dokter spesialis dan lama pendidikannya di Indonesia, adalah:

Gelar dokter spesialisLama studi pendidikan
Sp.A - Spesialis Anak8 semester
Sp.An - Spesialis Anestesiologi dan Reanimasi7 semester
Sp.And - Spesialis Andrologi6 semester
Sp.B - Spesialis Bedah10 semester
Sp.BA - Spesialis Bedah Anak10 semester
Sp.BM - Spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial10 semester
Sp.BTKV - Spesialis Bedah Toraks Kardiovaskuler10 semester
Sp.BP - Spesialis Bedah Plastik10 semester
Sp.BS - Spesialis Bedah Saraf11 semester
Sp.EM - Spesialis Kedaruratan Medik8 semester
Sp.F - Spesialis Kedokteran Forensik6 semester
Sp.FK - Spesialis Farmakologi Klinik6 semester
Sp.JP - Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah10 semester
Sp.KFR - Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi10 semester
Sp.KG - Spesialis Konservasi Gigi (dokter gigi)10 semester
Sp.KGA - Spesialis Kedokteran Gigi Anak10 semester
Sp.KJ - Spesialis Kedokteran Jiwa atau Psikiatri8 semester
Sp.KK - Spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin7 semester
Sp.KN - Spesialis Kedokteran Nuklir7 semester
Sp.KO - Spesialis Kedokteran Olahraga7 semester
Sp.M - Spesialis Mata7 semester
Sp.MK - Spesialis Mikrobiologi Klinik6 semester
Sp.OG - Spesialis Obstetri & Ginekologi (kebidanan dan kandungan)9 semester
Sp.Ok - Spesialis Kedokteran Okupasi (kerja)6 semester
Sp.Onk.Rad - Spesialis Onkologi Radiasi7 semester
Sp.Ort - Spesialis Ortodonsia (dokter gigi)7 semester
Sp.OT - Spesialis Bedah Orthopaedi dan Traumatologi9 semester
Sp.P - Spesialis Paru (Pulmonologi)7 semester
Sp.Perio - Spesialis Periodonsia (dokter gigi)10 semester
Sp.PA - Spesialis Patologi Anatomi6 semester
Sp.PD - Spesialis Penyakit Dalam9 semester
Sp.PK - Spesialis Patologi Klinik8 semester
Sp.PM - Spesialis Penyakit Mulut (dokter gigi)10 semester
Sp.Pros - Spesialis Prostodonsia (dokter gigi)10 semester
Sp.Rad - Spesialis Radiologi7 semester
Sp.RM - Spesialis Rehabilitasi Medik8 semester
Sp.RKG - Spesialis Radiologi Kedokteran Gigi (dokter gigi)8 semester
Sp.S - Spesialis Saraf8 semester
Sp.THT-KL - Spesialis Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala Leher8 semester
Sp.U - Spesialis Urologi10 semester
Sp.Ger - Spesialis GeriatriSedang dikaji

4. Sub-Spesialis/Konsultan (Spesialis 2)

Konsultan dokter
©shutterstock.com

Masih adakah lanjutan pendidikan setelah dokter meraih gelar spesialis? Jawabannya adalah masih ada!

Baca juga:  Mengenal Heartburn, Pernah Mengalaminya?

Sebagian dokter spesialis melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dan jenjang ini disebut sub-spesialis (Sp2) atau yang biasa kita kenal dengan Konsultan (K). Gelar Konsultan (K) ini ditambahkan di belakang gelar Spesialis (Sp).

Pendidikan untuk meraih gelar Konsultan (K) ini ditempuh selama 4 sampai 6 semester.

Contoh gelar Sub-spesialis/Konsultan adalah:

  • Sp.A (K) – artinya Spesialis Anak Konsultan.
  • KFER – “Konsultan Fertilitas Endokrinologi Reproduksi” (biasanya dimiliki oleh spesialis kebidanan).
  • KFM -“Konsultan Feto Maternal” (dimiliki oleh spesialis kebidanan kandungan).

Dalam ilmu penyakit dalam, terdapat 12 sub spesialis, di antaranya:

  1. Alergi-lmmunologi Klinik (Sp.PD-KAI)
  2. Gastroenterologi-Hepatologi (Sp.PD-KGEH)
  3. Geriatri (Sp.PD-KGer)
  4. Ginjal Hipertensi (Sp.PD-KGH)
  5. Hematologi-Onkologi Medik (Sp.PD-KHOM)
  6. Hepatologi (Sp.PD-KH)
  7. Kardiovaskular (Sp.PD-KKV)
  8. Endokrin-Metabolik-Diabetes(Sp.PD-KEMD)
  9. Psikosomatik (Sp.PD-KPsi)
  10. Pulmonologi (Sp.PD-KP)
  11. Reumatologi (Sp.PD-KR)
  12. Penyakit Tropik-lnfeksi (Sp.PD-KPTI)

Dalam ilmu kesehatan anak juga terdapat 14 sub spesialis, yaitu:

  1. Alergi Imunologi
  2. Endokrinologi
  3. Castro Hepatologi
  4. Hematologi Onkologi
  5. Infeksi & Pediatri Tropis
  6. Kardiologi
  7. Nefrologi
  8. Neurologi
  9. Nutrisi & Penyakit Metabolik
  10. Pediatri Gawat Darurat
  11. Pencitraan
  12. Perinatologi
  13. Respirologi
  14. Tumbuh Kembang Ped. Sosial

Terdapat 9 sub spesialis THT-KL, yaitu:

  1. Otologi
  2. Neurotologi
  3. Rinologi
  4. Laringo-Faringologi
  5. Onkologi Kepala Leher
  6. Plastik Rekonstruksi
  7. Bronkoesofagologi
  8. Alergi Imunologi
  9. THT Komunitas

Terdapat 7 Sub spesialis dalam bidang anestesi, yaitu:

  1. Perawatan Intensif/ICU
  2. Anestesi Bedah Jantung, Torax dan Kardiovaskuler
  3. Klinik nyeri
  4. Regional Analgesi
  5. Anestesi Bedah Saraf
  6. Anestesi Pediatrik
  7. Anestesi Bedah Umum

Terdapat 10 Sub spesialis dalam ilmu bedah, yaitu:

  1. Bedah Digestif
  2. Bedah Onkologi
  3. Bedah Plastik
  4. Bedah Anak
  5. Bedah Vaskuler
  6. Bedah Toraks dan Kardiovaskuler
  7. Bedah Urologi
  8. Bedah Saraf
  9. Bedah Ortopedi dan Traumatologi
  10. Bedah Umum

Terdapat 7 Sub spesialis dalam Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi (Paru), yaitu:

  1. lnfeksi
  2. Onkologi Toraks
  3. Asma dan PPOK
  4. Pulmonologi Intervensi dan Gawat Darurat Napas
  5. Faal Paru Klinik
  6. Paru Kerja dan Lingkungan
  7. Imunologik klinik

5. S2 Kedokteran (Magister)

S2 kedokteran
Program Magister Ilmu Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan FK-KMK UGM ©medicaleducation.fk.ugm.ac.id

S2 kedokteran atau pasca sarjana kedokteran mempunyai gelar Magister (M). S2 kedokteran dapat ditempuh jika seorang dokter telah meraih gelar S1 Kedokteran (dr).

Lama pendidikannya S2 kedokteran (magister) adalah 4-5 semester, namun gelar Magister (M) ini bukanlah merupakan gelar/jenjang profesi melainkan gelar/jenjang akademik.

Contoh gelar S2 Kedokteran/Magister (M), adalah:

  1. M.Kes – Magister Kesehatan
  2. M.Ked – Magister Kedokteran
  3. M.Pd.Ked – Magister Pendidikan Kedokteran
  4. M.Kesja – Magister Kesehatan Kerja
  5. MMR – Magister Manajemen Rumah Sakit
  6. MARS – Magister Administrasi Rumah Sakit
  7. MKK – Magister Kedokteran Kerja
  8. MKK – Magister Kedokteran Klinik
  9. M.Biomed – Magister Ilmu Biomedik (Kedokteran Dasar)

Skema Jenjang Pendidikan Jurusan Kedokteran

Berikut di bawah ini adalah skema/alur pendidikan jurusan kedokteran dari jenjang sarjana hingga spesialis, juga magister dan doktor.

Skema jenjang pendidikan jurusan kedokteran
Skema jenjang pendidikan jurusan kedokteran

5 pemikiran pada “5 Tahapan Menjadi Dokter Spesialis (Jenjang Pendidikan Jurusan Kedokteran)”

Tinggalkan komentar