Sistem Reproduksi Wanita

A. Pengertian Sistem Reproduksi Wanita

Cara organ reproduksi berkembang sangat menakjubkan. Sel benih testis pada laki-laki maupun sel benih ovarium pada perempuan tampak pada awal kehidupan janin. Kejadian bagaimana sel reproduksi ini digerakkan ke daerah tepat yang telah ditentukan, yaitu ovarium dan testis.

SeI-sel reproduksi tersebut berkembang di sebelah depan ginjal dan kemudian tertanam sebagai kolom-kolom sel yang kemudian membentuk kelenjar reproduksi yang berisi sel benih dan juga membentuk struktur sekelilingnya.

Organ-organ reproduksi pada wanita membentuk apa yang dikenal sebagai traktus genitalia, yang berhubungan dengan traktus urinarius.

Pada perempuan, meskipun traktus genitalisnya erat berhubungan dengan traktus urinarius akan tetapi tidak bersambung. Traktus genitalia perempuan bersambung dengan rongga peritoneum. Organ pengembang biakan pada wanita terletak dalam panggul kecil.

B. Pubertas

Pubertas berarti permulaaan kehidupan seksual dewasa dan disebabkan oleh peningkatan berangsur-angsur sekresi hormon gonadotropin oleh hipofisis. Pubertas biasanya muncul bada umur 10 sampai 14 tahun dan pada seorang gadis, ditandai dengan permulaan menstruasi (menarche).

Uterus dan vagina membesar, buah dada membesar serta lemak, jaringan ikat, dan saluran darah bertambah. Kemudian sifat kelamin sekunder tampil, lengkung tubuh berkembang dan jaringan adiposa membulatkan batas-batas anggotanya, serta tumbuhnya bulu ketiak dan pubis.

Menopause

Pada menopause atau masa klimakterium dalam hidup seorang wanita, yang terjadi kira-kira pada umur 45 sampai 50 tahun, tetapi juga dapat lebih dahulu atau lebih kemudian.

Penyebab menopause adalah “kebakaran” ovarium. Dengan kata lain, selama kehidupan seksual wanita banyak folikel primordial tumbuh menjadi folikel vesikular pada setiap siklus seksual, dan akhirnya hampir semua ovum mengalami degenerasi atau telah diavulasikan.

Oleh karena itu, pada usia sekitar 45 tahun, hanya beberapa folikel primordial tetap tertinggal untuk dirangsang oleh FSH dan LH, dan pembentukan estrogen oleh ovarium berkurang jika jumlah folikel primordial mendekati nol.

Bila pembentukan estrogen turun sampai tingkat kritis, estrogen tidak dapat lagi menghambat pembentukan FSH dan LH dengan cukup, setelah itu dihasilkan dalam jumlah besar dan tetap.

Estragen dihasilkan dalam jumlah subkritis dalam waktu pendek setelah menopause, tetapi setelah beberapa tahun, waktu sisa terakhir folikel primordial menjadi atretis, pembentukan estrogen olah ovarium turun hampir nol (0).

Kehilangan estrogen sering menyebabkan perubahan fisiologi nyata pada fungsi tubuh, yaitu:

  1. “Hot flushes” yang ditandai oleh kemerahan berlebihan pada kulit.
  2. Kesan psikis dispnea.
  3. Lekas merah.
  4. Kelelahan.
  5. Gelisah.
  6. Berbagai keadaan psikotik.

Di samping itu, menopause juga sering diiringi gejala-gejala seperti perubahan vasomotorik dengan banyak keringat, muka terasa panas. Jaringan buah dada sering mengerut, tetapi bila ada kecenderungan menjadi gemuk, jaringan itu dapat diganti dengan lemak. Perubahan ke arah senil terjadi dalam ovarium, yaitu menjadi kecil dan hormon tidak dibuat lagi.

C. Pelvis dan Rongga Pelvis

Kandung kemih dan 2 buah ureter terletak di belakang simfisis, kolon sigmoid sebelah kiri fosa iliaka dan rektum terletak di sebelah belakang rongga mengikuti lengkung sakrum. Kelenjar limfe, serabut saraf pleksus lumbo sakralis untuk anggota gerak bawah cabang pembuluh darah arteri iliaka interna dan vena iliaka interna melengkapi isi rongga pelvis.

Rongga pelvis terletak di bawah dan bersambung dengan rongga abdomen. Dibentuk oleh tulang ischium dan tulang pubis pada sisi samping dan depan, Os. sakrurn dan Os. koksigis membentuk batas belakang.

Pinggiran pelvis dibentuk oleh promontorium sakrum di belakang iliopektinal sebelah sisi samping dan depan dari tulang sakrum.

D. Hubungan Ovarium dengan Kelenjar Tubuh Lain

Hubungan ovarium dengan kelenjar adrenal.

Kelenjar adrenal normal mensekresi sedikit estrogen dan progesteron, walaupun jumlah ini biasanya terlalu sedikit untuk menimbulkan efek utama pada tubuh. Akan tetapi, kadang-kadang tumor kelenjar adrenal mensekresi hormon hormon wanita tinggi sekali dan karena itu menyebabkan sifat feminisasi.

Penyuntikan estrogen menyebabkan korteks adrenal mengalami hipertrofi. Efek ini diperantarai melalui hipofisis, karena estrogen, sambil menghambat pembentukan FSH, meningkatkan sekresi kortikotropin.

Efek antagonis estrogen dan testosteron.

Estrogen dan testosteron menunjukkan efek yang berlawanan pada organ seksual dan pada banyak jaringan seksual sekunder seperti kelenjar mammae dan kelenjar prostat. Efek antagonis ini sebagian diperantarai melalui sistem hipotalamus-hipofisis, karena estrogen dan testosteron keduanya mampu menurunkan pembentukkan FSH dan LH yang selanjutnya menghilangkan sekresi hormon-hormon gonad normal.

Pada umumnya, dalam rangka melawan efek estrogen pada kelenjar mammae, testosteron sekitar 50 kali banyak β-estradiol harus diberikan.

E. Organ Reproduksi Wanita (Genitalia)

Secara umum alat reproduksi wanita dibagi atas dua bagian yaitu alat kelamin (genitalia) luar dan alat kelamin bagian dalam.

Alat reproduksi wanita terdiri dari bagian-bagian di bawah ini.

a. Alat reproduksi wanita bagian luar:

1. Mons veneris

Alat reproduksi wanita ini disebut juga gunung venus, menonjol ke bagian depan menutup tulang kemaluan. Meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan dan lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu pada masa pubertas.

2. Labia mayora (bibir besar)

Berasal dari mons veneris, bentuknya lonjong menjurus ke bawah dan bersatu di bagian bawah.

Bagian luar labia mayora terdiri dari kulit berambut, kelenjar lemak, dan kelenjar sebasea (keringat), bagian dalamnya tidak berambut dan mengandung kelenjar lemak, bagian ini mengandung banyak ujung sarat sehingga sensitif saat hubungan seks.

3. Labia minora (bibir kecil)

Merupakan lipatan kecil di bagian dalam labia mayora, dengan banyak kelenjar sebasea. Labianya mengandung jaringan erektil. Bagian depannya mengelilingi klitoris. Celah di antara labia minora adalah vestibulum.

Vagina, uretra, dan saluran keluar vestibular mayor bermuara ke dalam vestibulum. Kedua labia ini mempunyai pembuluh darah, sehingga dapat menjadi besar saat keinginan seks bertambah. Labia ini analog dengan kulit skrotum pada pria.

4. Klitoris (kelentit)

Merupakan bagian yang erektil, seperti penis pada pria, kira-kira sebesar kacang hijau dimana dapat mengeras.

Letaknya anterior dalam vestibular. Mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf, sehingga sangat sensitif saat hubungan seks.

5. Vestibulum (serambi)

Bagian kelamin ini dibasahi oleh kedua labia kanan kiri dan bagian atas oleh klitoris serta bagian belakang pertemuan labia minora. Pada bagian vestibulum terdapat muara vagina (liang senggama), saluran kencing, kelenjar bartholin, dan kelenjar skene (kelenjar-kelenjar ini akan mengeluarkan cairan pada saat permainan pendahuluan dalam hubungan seks sehingga memudahkan penetrasi penis).

Kelenjar bartholin (kelenjar vestibular mayor) terletak tepat di belakang labia mayora di setiap sisi. Kelenjar ini mengeluarkan lendir dan salurannya keluar antara hymen dan labia minora.

6. Hymen (selaput dara)

Alat reproduksi wanita bagian luar ini berupa selaput tipis yang menutupi sebagian lubang vagina luar. Letaknya di mulut vagina, memisahkan genitalia eksterna dan interna.

Konsistensi ada yang kaku dan ada yang lunak, dan keadaan lubang ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari. Pada umumnya hymen berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah menstruasi atau cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar rahim dan kelenjar endometrium (lapisan dalam rahim).

Tidak adanya lubang-lubang pada hymen merupakan keadaan abnormal yang jarang terjadi dan disebut hymen imperforata.

Keadaan ini tidak dapat diketahui sampai umur menstruasi seorang gadis. Kotoran tak dapat keluar, berkumpul di dalam vagina, dan membuat vagina mekar.

Insisi dilaksanakan supaya menstruasi dapat berjalan normal. Pada saat hubungan seks pertama hymen akan robek dan mengeluarkan darah. Setelah melahirkan hymen merupakan tonjolan kecil yang disebut karunkule mirtiformis.

7. Perineum (kerampang)

Alat reproduksi wanita ini terletak di antara vulva dan anus, panjangnya lebih kurang 4 cm.

b. Alat reproduksi wanita bagian dalam:

1. Vagina (liang senggama)

Merupakan saluran muskulo-membranasea (otot-selaput) yang menghubungkan rahim dengan dunia luar, bagian ototnya berasal dari otot levator ani dan sfingter ani (otot dubur) sehingga dapat dikendalikan dan dilatih.

Alat reproduksi wanita ini dilapisi oleh membran dari jenis epitelium bergaris yang khusus, dialiri pembuluh darah dan serabut saraf secara berlimpah. Panjang vagina dari vestibula sampai uterus. Dinding-dindingnya bersambung secara normal, dan mengelilingi bagian bawah serviks uteri, dan di sebelah belakang naik lebih tinggi dari yang depan.

Lekukan sempit pada bagian depan disebut anterior fornix dan yang di sisi-sisinya disebut lateral fornix, sedangkan yang di belakang disebut posterior fornix vagina. Selaput vagina tidak mempunyai kelenjar sehingga cairan yang selalu membasahi berasal dari kelenjar rahim atau lapisan dalam rahim. Sebagian dari rahim yang menonjol pada vagina disebut “porsio” (leher rahim).

Baca juga:  Imunitas dan Alergi

Permukaan anterior vagina menyentuh basis kandung kencing dan uretra, sedangkan dinding posteriornya menyentuh rektum dan kantong rektovaginal (ruang douglas). Seperempat sebelah bawah vagina menyentuh badan perineum.

Dinding vagina terdiri atas tiga lapis: lapisan dalam adalah selaput lendir (membran mukosa) yang dilengkapi lipatan-lipatan atau rugae, sehingga mempunyai rupa seakan akan ditutupi papillae (selaput lendir vagina terdiri atas sel epitel gepeng berlapis).

Lapisan luar adalah lapisan berotot yang terdiri atas serabut longitudinal dan melingkar, dan antara kedua lapis ini terdapat sebuah lapisan dari jaringan erektil terdiri atas jaringan areoral, pembuluh darah dan beberapa serabut otot tak bergaris.

Vagina mempunyai fungsi penting sebagai jalan lahir bagian lunak, sebagai sarana hubungan seksual, saluran untuk mengalirkan lendir dan darah menstruasi. Lendir vagina banyak mengandung glikogen yang dapat dipecah oleh bakteri Doderlein, sehingga keasaman cairan vagina sekitar 4,5 (bersifat asam).

2. Uterus (rahim)

Bentuk alat reproduksi wanita bagian dalam yang dinamakan rahim ini seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gram. Letak uterus sedikit anteflexi pada bagian lehernya dan anteversi (meliuk agak memutar ke depan) dengan fundusnya terletak di atas kandung kencing. Di bawah bersambung dengan vagina dan di sebelah atasnya tuba uterina masuk ke dalamnya.

Ligamentum latum uteri dibentuk oleh dua lapis peritoneum. Di setiap sisi uterus terdapat ovarium dan tuba uterina (tuba fallopi). Persediaan darah didapatkan dari arteri uterina dan arteri ovarika. Panjang uterus adalah 5 sampai 8 cm. Lapisan otot rahim terdiri dari tiga lapis, yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh kembang sehingga dapat memelihara dan mempertahankan kehamilan selama 9 bulan.

Uterus terdiri dari:

  1. Fundus uteri (dasar rahim). Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Berbentuk cembung di atas muara tuba uterina.
  2. Korpus uteri. Ia menyempit pada bagian inferior dekat ostium internum, dan berlanjut sebagai serviks. Korpus uteri akan membesar pada kehamilan. Bagian ini berfungsi sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
  3. Serviks uteri. Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri internum.

Dinding uterus terdiri dari:

  • Endometrium (epitel, kelenjar, jaringan dan pembuluh darah). Merupakan lapisan dalam uterus yang mempunyai arti penting dalam siklus haid. Seorang wanita pada masa reproduksi, pada kehamilan endometrium akan menebal, pembuluh darah bertambah banyak hal ini diperlukan untuk memberi makan pada janin.
  • Miometrium (lapisan otot polos). Tersusun sedemikian rupa sehingga dapat mendorong isinya keluar pada waktu persalinan. Sesudah plasenta lahir akan mengalami pengecilan sampai ke ukuran normal sebelumnya.
  • Lapisan Serosa (peritoneum viseral). Terdiri dari atas ligamentum yang menguatkan uterus yaitu:
    a. Ligamentum kardinale kiri dan kanan, mencegah supaya uterus tidak turun.
    b. Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan, menahan uterus agar tidak banyak bergerak.
    c. Ligamentum rotundum kiri dan kanan, menahan uterus agar tetap dalam keadaan antofleksi.
    d. Ligamentum latum kiri dan kanan, Iigamentum yang meliputi tuba.
    e. Ligamentum infundibulo pelvikum, ligamen yang menahan tuba fallopi.

Rahim juga merupakan jalan lahir yang penting dan mempunyai kemampuan untuk mendorong janin lahir. Segera setelah persalinan otot rahim dapat menutup pembuluh darah untuk menghindari perdarahan. Setelah persalinan, rahim dalam waktu 42 hari dapat mengecil seperti semula.

Fungsi uterus adalah untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan, sebutir ovum yang telah keluar dari ovarium dihantarkan melalui tuba uterina ke uterus. Pembuahan ovum secara normal terjadi di dalam tuba uterina, endometrium disiapkan untuk menerima ovum yang telah dibuahi dan ovum tertanam dalam endometrium.

Pada waktu hamil uterus bertambah besar, dindingnya menjadi tipis tetapi kuat dan besar sampai keluar pelvis masuk ke dalam rongga abdomen pada masa pertumbuhan janin. Pada saat melahirkan uterus berkontraksi mendorong bayi dan plasenta keluar.

3. Tuba fallopi (tuba uterina)

Tuba fallopi berasal dari ujung ligamentum latum berjalan ke arah lateral, dengan panjang sekitar 12 cm. Tuba fallopi bukan merupakan saluran lurus, tetapi mempunyai bagian yang lebar sehingga membedakannya menjadi empat bagian.

Keempat bagian tuba uterina adalah :

  1. Pars intramural, bagian yang menembus dinding uterus.
  2. Pars isthmus, bagian lurus dan sempit dekat uterus.
  3. Pars ampula, bagian yang melebar, berdinding tipis, tempat terjadinya pertemuan sel telur dan sel sperma.
  4. Pars infundibu/um, bagian melebar mirip corong, membuka ke rongga peritoneum, dengan fimbria di tepiannya.

Fimbriae ini mempunyai kemampuan untuk membuka dan menangkap ovum saat terjadi pelepasan telur. Saluran telur ini merupakan saluran hasil konsepsi (hasil pembuahan) menuju rahim. Tuba fallopi merupakan bagian yang paling sensitif terhadap infeksi dan menjadi penyebab utama terjadinya kemandulan (infertilitas).

Fungsi alat reproduksi wanita tuba fallopi ini sangat vital dalam proses kehamilan, yaitu menjadi saluran spermatozoa dan ovum, mempunyai fungsi penangkap ovum, tempat terjadinya pembuahan (fertilitas), menjadi saluran dan tempat pertumbuhan hasil pembuahan sebelum mampu menanamkan diri pada lapisan dalam rahim.

4. Ovarium (indung telur)

Ovarium merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak di kiri dan kanan uterus di bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uteri. Ovarium dapat dibagi dalam bagian medula dan korteks.

Bagian medula terdiri atas jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah, pembuluh limfa dan saraf. Korteks terdiri atas jaringan ikat (stroma) dengan folikel-folikel ovarium yaitu kantong kantong kecil yang berdinding epitelium dan berisi ovum.

Ovarium merupakan sumber hormonal wanita yang paling utama sehingga mempunyai dampak kewanitaan dalam pengatur proses menstruasi. Ovarium berisi sejumlah besar ovum belum matang, yang disebut oosit primer. Setiap oosit dikelilingi sekelompok sel folikel pemberi makanan. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan hari ke 14.

Folikel tumbuh atas rangsangan FSH dari hipofisis anterior. Umumnya belasan folikel bertumbuh setiap bulannya, namun hanya satu yang mencapai kematangan sempurna (folikel de Graaf) dan dilepaskan (ovulasi). Sewaktu folikel de Graaf berkembang, perubahan terjadi di dalam sel-sel ini, dan cairan memisahkan sel-sel dari membran granulosa menjadi beberapa lapis.

Pada tahap inilah dikeluarkan hormon estrogen. Pada masa folikel de Graaf mendekati pengembangan penuh atau pematangan letaknya dekat permukaan ovarium, dan menjadi makin mekar karena cairan, sehingga membenjol, seperti pembengkakan yang menyerupai kista pada permukaan ovarium.

Tekanan dari dalam folikel menyebabkannya sobek dan cairan serta ovum lepas melalui rongga peritoneal masuk ke dalam lubang yang berbentuk corong dari tuba uterina. Bersamaan waktu hipofisis juga mengeluarkan LH yang membantu FSH pada tahap akhir pertumbuhan dan ovulasi. Ovum yang dilepaskan dari permukaan ovarium ditangkap oleh fimbria dan dimasukkan ke dalam lumen tuba uterina.

Pematangan folikel de Graaf dan pengeluaran ovum disebut ovulasi. Bila folikel de Graaf sobek maka terjadi sedikit perdarahan, terjadi penggumpalan darah di dalam ruangan folikel, dan sel-sel yang berwarna kuning yang berasal dari dinding folikel tumbuh masuk ke dalam gumpalan itu dan membentuk korpus luteum atau badan kuning.

Bila ovum yang keluar itu dibuahi maka korpus luteum tumbuh terus sampai beberapa bulan, menjadi sangat besar dan mulai atrofi setelah kira kira 5 sampai 6 bulan kemudian. Bila ovum tidak dibuahi maka korpus luteum bertahan hanya selama 12 sampai 14 hari, sampai tepat sebelum permulaan masa menstruasi berikutnya, kemudian menjadi atrofik dan diganti oleh jaringan perut.

Ovarium memiliki tiga fungsi, yaitu:

  1. Memproduksi ovum
  2. Memproduksi hormon estrogen
  3. Memproduksi progesteron.

5. Parametrium (penyangga rahim)

Merupakan lipatan peritoneum dengan berbagai penebalan, yang menghubungkan rahim dengan tulang panggul. Lipatan atasnya mengandung tuba fallopi dan ikut serta menyangga indung telur. Bagian ini sensitif terhadap infeksi sehingga mengganggu fungsinya.

Hampir keseluruhan alat reproduksi wanita berada di rongga panggul. Setiap individu wanita mempunyai bentuk dan ukuran rongga panggul (pelvis) yang berbeda satu sama lain. Bentuk dan ukuran ini mempengaruhi kemampuan suatu proses persalinan. Dan perubahan ukuran pada panggul ini pula untuk mengukur umur kehamilan seorang wanita.

F. Kelenjar Mammae

Kelenjar mammae atau payudara (buah dada) adalah perlengkapan pada organ reproduksi pada wanita dan mengeluarkan air susu, (pada laki-laki kelenjar ini rudimenter).

Baca juga:  Sistem Reproduksi Pria Bagian Dalam dan Luar

Buah dada terletak di dalam fasia superfisialis di daerah pektoral antara sternum dan axilla dan melebar dari kira-kira iga ke dua atau ke tiga sampai ke iga keenam atau ke tujuh. Berat dan ukuran buah dada berlain-lainan; pada masa pubertas membesar, dan bertambah besar selama hamil dan sesudah melahirkan; dan menjadi atrofik pada usia lanjut.

Bentuk buah dada cembung ke depan dengan puting di tengahnya, yang terdiri atas kulit dan jaringan erektil dan berwarna tua. Puting ini dilingkari daerah berwarna coklat yang disebut areola. Dekat dasar puting terdapat kelenjar sebasea, yaitu kelenjar montgomery, yang mengeluarkan zat lemak supaya puting tetap lemas. Puting berlubang-lubang 15 sampai 20 buah, yang merupakan saluran dari kelenjar susu.

Buah dada terdiri atas bahan kelenjar susu atau jaringan alveolar, tersusun atas lobus-lobus yang saling terpisah oleh jaringan ikat dan jaringan lemak. Setiap lobulus terdiri atas sekelompok alveolus yang bermuara ke dalam duktus laktiferus (saluran air susu) yang bergabung dengan duktus-duktus lainnya untuk membentuk saluran yang lebih besar dan berakhir dalam saluran sekretorik.

Ketika saluran-saluran ini mendekati puting, membesar untuk membentuk wadah penampungan air susu, yang disebut sinus laktiferus; kemudian saluran-saluran itu menyempit lagi dan menembus puting dan bermuara di atas permukaannya.

Sejumlah besar lemak ada di dalam jaringan pada permukaan buah dada, dan juga di antara lobus. Saluran limfa banyak dijumpai. Saluran limfa mulai sebagai pleksus halus dalam ruang interlobuler jaringan kelenjar, bergabung dan membentuk saluran lebih besar, yang berjalan ke arah kelompok pektoral kelenjar axilla, yaitu kelenjar mammae bagian dalam dan kelenjar supraklavikular.

Persediaan darah diambil dari cabang arteria axillaris, interkostalis dan mammae interna, dan pelayanan persarafan dari saraf-saraf kutan di dada. Buah dada bayi baru lahir sering mengeluarkan susu, yang dalam bahasa inggris disebut “Witches milk”, pada bayi laki-laki maupun perempuan.

Pada perempuan, perubahan dalam perkembangan terjadi pada masa pubertas ketika terdapat penambahan jaringan kelenjar. Pada waktu seorang anak gadis mulai mendapat menstruasi pertama terjadi sedikit pembesaran pada buah dada.

Pembesaran ini disebabkan oleh kegiatan estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh ovarium, dan beberapa hari sebelum tiap masa menstruasi terdapat penambahan persediaan darah; pada beberapa orang hal ini lebih terasa daripada orang lain dan memberi perasaan berat dan sedikit bengkak.

Lama kelamaan buah dadanya berkembang penuh dan penimbunan lemak di dalam struktur menimbulkan pembesaran tetap, yang pada setiap orang berbeda. Pada menopause, yaitu akhir usia menstruasi seorang perempuan, waktu ovarium lama-kelamaan berhenti berfungsi, jaringan buah dada mengerut.

Laktasi atau pengeluaran susu serta penyalurannya keluar buah dada sewaktu dihisap, adalah fungsi buah dada. Hal ini dapat diuraikan dalam dua tahap:

  1. Sekresi air susu.
  2. Pengeluaran dari buah dada.

Pada kehamilan minggu ke 16 mulai terjadi sedikit sekresi yang membuat saluran dalam dari buah dada si ibu keluar sekret yang berupa cairan bening yang disebut kolostrum yang kaya protein, dan dikeluarkan selama 2-3 hari pertama; kemudian air susu mengalir lebih lancar dan menjadi air susu yang sempurna.

Sebuah hormon dari lobus interior kelenjar hipofisis, yaitu prolactin yang penting dalam pembentukan air susu. Keluarnya sekresi ini dikendalikan oleh hormon dari hipofisis bagian interior dan kelenjar tiroid.

Seorang ibu yang menyusui perlu mendapat rangsangan, terutama pada bayinya yang pertama, supaya susu keluar secara normal. Keluarnya tidak hanya tergantung dari isapan si bayi, tetapi juga dari mekanisme di dalam buah dada yang dengan berkontraksi memeras air susu keluar dari alveoli dan masuk ke dalam saluran.

Kegelisahan dan faktor lainnya seperti keraguan tentang baik-tidaknya air susu ibu, dapat mempengaruhi kelancaran pengeluaran air susu. Tetapi dengan pengetahuan, pengalaman dan ketenangan, hubungan ibu bayi dapat dilangsungkan dengan bahagia.

G. Siklus Menstruasi

Alat kandungan pada saat lahir belum berkembang. Setelah panca indera menerima rangsangan yang diteruskan ke pusat dan diolah oleh hipotalamus, dilanjutkan ke hipofise melalui “sistem portal” dikeluarkan hormon gonadotropin perangasang folikel dan LH untuk merangsang indung telur.

FSH, merangsang folikel primodial yang dalam perjalanannya mengeluarkan hormon estrogen untuk pertumbuhan tanda seks sekunder (pertumbuhan rambut, pembesaran payudara, penimbunan jaringan lemak, sesuai dengan pola wanita yaitu di bokong dan di payudara). Pertumbuhan rambut meliputi rambut kemaluan yang berbentuk segitiga serta rambut pada ketiak.

Pada permulaan hanya estrogen saja yang dominan dan perdarahan (menstruasi) yang terjadi untuk pertama kali yang disebut menarche pada umur 12-13 tahun. Dominannya estrogen pada permulaan menstruasi sangat penting karena menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan perkembangan tanda seks sekunder.

Itu sebabnya pada permulaan pendarahan sering tidak teratur karena bentuk menstruasinya anovulatoir (tanpa pelepasan telur). Baru setelah umur wanita mencapai remaja sekitar 17-18 tahun, menstruasi teratur dengan interval 26-32 hari.

Pada proses menstruasi dengan ovulasi (terjadi pelepasan telur), hormon estrogen yang dikeluarkan makin lama makin meningkat yang menyebabkan lapisan dalam rahim mengalami pertumbuhan dan perkembangan (fase proliferasi).

Peningkatan estrogen ini menekan pengeluaran (FSH), tetapi merangsang (LH) sehingga dapat merangsang folikel de Graff yang telah dewasa, untuk melepaskan telur yang disebut sebagai proses ovulasi. Telur ini akan ditangkap oleh rumbai pada tuba fallopi, dan dibungkus oleh korona radiata yang akan memberikan nutrisi selama 48 jam.

Folikel de Graff yang mengalami ovulasi menjadi korpus rubrum dan segera menjadi korpus luteum dan mengeluarkan 2 macam hormon yaitu estrogen dan progesteron.

Hormon estrogen yang menyebabkan lapisan dalam rahim (endometrium) berkembang dan tumbuh dalam bentuk proliferasi, maka setelah dirangsang oleh korpus luteum dengan mengeluarkan estrogen dan progesteron lapisan dalam rahim berubah menjadi fase sekresi, di mana pembuluh darah makin dominan dan mengeluarkan cairan (fase sekresi).

Bila tidak terjadi pertemuan antara spermatozoa dan ovum (telur) maka korpus luteum mengalami kematian. Korpus luteum berumur 8 hari, sehingga setelah kematiannya tidak mampu lagi mempertahankan lapisan dalam rahim, oleh karena hormon estrogen dan progesteron berkurang sampai menghilang.

Berkurang dan menghilangnya estrogen dan progesteron. menyebabkan terjadi fase vasokonstriksi (pengerutan) pembuluh darah, sehingga lapisan dalam rahim mengalami kekurangan aliran darah (kematian). Selanjutnya diikuti dengan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) dan pelepasan darah dalam bentuk perdarahan yang disebut “menstruasi”.

Pengeluaran darah menstruasi berlangsung antara 3-7 hari, dengan jumlah darah yang hilang sekitar 50-60 cc tanpa bekuan darah. Bila perdarahan disertai gumpalan darah menunjukkan terjadi perdarahan banyak, yang merupakan keadaan abnormal pada menstruasi.

Oleh karena terjadinya kematian dari korpus luteum, maka hormon estrogen berkurang yang menyebabkan rangsangan untuk pengeluaran FSH sehingga siklus yang berhubungan dengan hipotalamus-hipofise-indung telur berulang lagi.

Siklus menstruasi pada wanita tidak sama dengan variasi normal antara 26-32 atau 28-35 hari. Oleh karena korpus luteum mempunyai umur sekitar 8-10 hari maka dapat diperhitungkan terdapat pergeseran dari ovulasi (pelepasan telur) yang mempengaruhi perhitungan minggu subur.

Mengetahui minggu subur sangat penting berkaitan dengan upaya dapat hamil bagi yang menginginkan atau menghindari hubungan seksual bagi yang keluarga berencana dengan sistem “pantang berkala”.

Gangguan menstruasi

1. Gangguan banyaknya darah dan lamanya haid

Yang disebut hipermenorea (menoragia) pada bentuk gangguan siklus menstruasi tetap teratur, jumlah darah yang dikeluarkan cukup banyak dan terlihat dari jumlah pembalut yang dipakai dan gumpalan darah.

Penyebab terjadinya menoragia kemungkinan terdapat miomi uteri (pembesaran rahim), polip endometrium, atau hiperplasia endometrium (penebalan dinding rahim). Diagnosa kelainan ini dapat ditetapkan dengan cara pemeriksaan dalam, ulstrasonografi (USG), dan pemeriksaan terhadap kerokan.

Kelainan kedua adalah hipomenorea, pada kelainan ini siklus menstruasi tetap teratur sesuai dengan jadwal menstruasi, jumlahnya sedikit, dengan kenyataan tidak banyak berdarah. Penyebabnya kemungkinan gangguan hormonal, kondisi wanita kekurangan gizi, atau wanita dengan penyakit tertentu.

2. Kelainan siklus menstruasi

Mencakup bentuk-bentuk kelainan sebagai berikut:

  • Polimenorea → Menstruasi yang sering terjadi dan abnormal. Oligomenorea, di mana siklus menstruasi melebihi 35 hari, jumlah perdarahan mungkin sama, penyebabnya adalah gangguan hormonal.
  • Amenorea → Keterlambatan menstruasi lebih dari 3 bulan berturut-turut, menstruasi wanita teratur setelah mencapai usia 18 tahun. Ada beberapa bentuk amenorea yaitu amenorea primer dimana seorang wanita tidak mengalami menstruasi sejak kecil, penyebabnya kelainan anatomis alat kelamin diantaranya tidak terbentuknya rahim, tidak ada liang vagina, atau gangguan hormonal.
Baca juga:  Struktur dan Fungsi Sel

Amenorea fusioIogi (normal) yaitu seorang wanita sejak lahir sampai mencapai menarche, terjadi pada kehamilan dan menyusui sampai batas tertentu, dan setelah mati haid.

Amenorea sekunder yaitu pernah mengalami menstruasi dan selanjutnya berhenti lebih dari tiga bulan, penyebabnya kemungkinan gangguan gizi dan metabolisme, gangguan hormonal, terdapat tumor alat kelamin, atau terdapat penyakit menahun.

3. Keadaan patologis yang berhubungan dengan menstruasi

Gangguan ini dapat berupa ketegangan sebelum haid (premenstual tension) terjadi keluhan yang mulai sekitar seminggu sebelum dan sesudah haid. Terjadi karena ketidakseimbangan estrogen dan progesteron menjelang menstruasi.

Ketegangan sebelum haid ini terjadi pada wanita umur sekitar 30-40 tahun, dan pengobatannya tergantung pada keadaan dan memerlukan konsultasi dengan ahli. Bentuk gangguan sebelum menstruasi lainnya adalah mastodinia (mastalgia), yaitu terasa pembengkakan dan pembesaran payudara sebelum menstruasi.

Ini disebabkan oleh peningkatan estrogen sehingga terjadi retensi air dan garam. Tetapi perlu diperhatikan kemungkinan adanya radang payudara atau tumor payudara, karenanya disarankan untuk melakukan pemeriksaan rutin.

Keluhan lain berkaitan dengan masa sebelum haid adalah mittelschmerz (rasa nyeri saat ovulasi), ini terjadi karena pecahnya folikel de Graaf, dapat disertai perdarahan, lamanya sekitar beberapa jam sampai 2-3 hari, ini adalah waktu yang tepat untuk hubungan seks yang memungkinan terjadinya kehamilan.

Sedangkan gangguan yang berkenaan dengan tepat pada masa haid berupa dismenore (rasa nyeri saat menstruasi). Perasaan nyeri pada waktu haid dapat berupa kram ringan pada bagian kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari hari. Gangguan ini ada 2 bentuk yaitu :

  • Dismenore primer → nyeri haid yang terjadi tanpa terdapat kelainan anatomis alat kelamin;
  • Dismenore sekunder → nyeri haid yang berhubungan dengan kelainan anatomis yang jelas, kelainan anatomis ini kemungkinan adalah haid disertai infeksi, endometriosis, mioma uteri, polip endometrial, polip serviks, pemakai IUD atau AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim). Untuk dapat menegakkan penyebab dismenorea perlu konsultasi dengan dokter ahli kandungan sehingga dapat memberikan pengobatan yang tepat.

H. Sistem Hormonal Wanita

Alat reproduksi wanita merupakan alat akhir (end organ) yang dipengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks. Pada waktu kecil anak wanita dan anak pria tidak mempunyai perasaan apapun dan bermain bersama-sama. Rangsangan yang datang dari luar masuk di pusat panca indera diteruskan melalui stria terminalis menuju pusat yang disebut “pubertas inhibitor”.

Dengan hambatan tersebut tidak terjadi rangsangan terhadap hipotalamus, yang akan memberikan rangsangan pada hipofisis pars anterior, sebagai ‘mother of gland’ (pusat kelenjar-kelenjar). Rangsangan yang terus-menerus datang dan ditangkap panca indera, dengan makin selektif dapat lolos menuju hipotalamus dan selanjutnya terus menuju hipofisis pars anterior, melalui “sistem portal”.

Hipofisis anterior mengeluarkan hormon yang dapat merangsang kelenjar untuk mengeluarkan hormon spesifiknya yaitu kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroksin, kelenjar indung telur memproduksi hormon estrogen dan progesteron, sedangkan kelenjar adrenal menghasilkan hormon adrenalin. Pengeluaran hormon spesifik sangat penting untuk tumbuh kembang rohani dan jasmani.

Hormon spesifik yang dikeluarkan masing-masing kelenjar memberikan umpan balik ke pusat panca indera dan otak serta kelenjar induk hipotalamus dan hipofisis, sehingga mengeluarkan hormon berfluktuasi.

Sistem hormonal pada tubuh manusia merupakan sistem lingkaran yang tidak pernah putus selama hidup. Dengan dikeluarkannya hormon serta semakin dewasanya wanita dan pria, maka rasa malu, rasa cinta dan perhatian satu dengan lainnya bertumbuh dan berkembang yang menyebabkan mereka makin memisahkan diri dan mencari lawan jenisnya.

Sebagai puncak kedewasaan, wanita mulai mengalami perdarahan rahim pertama yang disebut “menarche” (menstruasi) sedangkan pada laki-laki terjadi ejakulasi waktu tidur (mimpi basah).

Pada wanita terdapat releasing factor (RF) yang dikeluarkan dari hipotalamus ke hipofisis yang merangsang pengeluaran. (FSH) dan (LH), keduanya dikeluarkan dari hipofisis anterior.

1. Hormon estrogen

Disekresi oleh sel-sel trakea intra folikel ovarium, korpus luteum dan plasenta, sebagian kecil oleh korteks adrenal. Estrogen mempermudah pertumbuhan folikel ovarium dan meningkatkan tuba uterina dan jumlah otot uterus dan kadar protein kontraktil uterus.

Estrogen memengaruhi organ endokrin dengan menurunkan sekresi FSH, dalam beberapa keadaan menghambat sekresi LH dan pada keadaan lain meningkatkan LH. Estrogen meningkatakan pertumbuhan duktus-duktus yang terdapat pada kelenjar mammae dan merupakan hormon feminisme wanita terutama disebabkan hormon androgen.

Kerja estrogen pada uterus, vagina, dan beberapa jaringan lainnya menyangkut interaksi dan reseptor protein dalam sitoplasma sel. Pengaruh terhadap organ seksual, pembesaran ukuran tuba fallopi, uterus, vagina, pengendapan lemak pada mons veneris, dan labia mengawali pertumbuhan mammae.

Kelenjar mammae berkembang dan menghasilkan susu, tubuh berkembang dengan cepat, tumbuh rambut pada pubis dan axilla serta kulit menjadi lembut.

2. Hormon progesteron

Hormon ini dihasilkan oleh korpus luteum dan plasenta, yang bertanggung jawab atas perubahan endometrium dan perubahan siklik dalarn serviks dan vagina. Progesteron juga memiliki pengaruh anti-estrogenik pada sel-sel miometrium, yang menurunkan kepekaan otot tersebut.

Sensitivitas miometrium terhadap oksitosin dan aktivitas listrik spontan, miometrium sementara meningkatkan potensial membran serta bertanggung jawab meningkatkan suhu basal tubuh pada saat ovulasi.

Efek progesteron terhadap tuba fallopi meningkatkan sekresi dan mukosa, pada kelenjar mammae meningkatkan perkembangan lobulus dan alveolus kelenjar mammae, keseimbangan elektrolit, peningkatan sekresi air dan natrium.

3. Follicle stimulating hormone (FSH)

Mulai ditemukan pada gadis umur 11 tahun dan jumlahnya terus-menerus bertambah sampai dewasa. FSH dibentuk oleh lobus anterior kelenjar hipofisis.

Pembentukan FSH ini akan berkurang pada pembentukan/pemberian estrogen dalam jumlah yang cukup, suatu keadaan yang terjadi pada kehamilan.

4. Luteinizing hormone (LH)

LH bekerja sama dengan FSH menyebabkan terjadinya sekresi estrogen dari folikel de Graaf. LH juga menyebabkan penimbunan substansi dari progesteron dalam sel granulosa.

Bila estrogen dibentuk dalam jumlah yang cukup besar akan menyebabkan pengurangan produksi FSH sedangkan produksi LH bertambah hingga tercapai suatu rasio produksi FSH dan LH dapat merangsang terjadinya ovulasi.

5. Prolactin (luteotropin, LTH)

Hormon ini ditemukan pada wanita yang mengalami menstruasi, terbanyak pada urin wanita hamil, masa laktasi dan menopause dibentuk oleh sel alfa (asidofil) dari lobus anterior kelenjar hipofisis.

Fungsi hormon ini adalah mempertahankan produksi progesteron dari korpus luteum kelenjar hipofisis, dirangsang dan diatur oleh pusat yang lebih tinggi hipotalamus untuk menghasilkan gonadotropin releasing factor.

Estrogen yang disekresi oleh ovarium adalah estradiol. Sebagian besar dibentuk oleh jaringan perifer dari androgen yang disekresi oleh sel ovarium. Estriol adalah estrogen yang lemah, merupakan produksi eksidasi yang berasal dari estradiol perubahan terjadi terutama dalam hati. Potensial dari estrogenik dianggap sebagai estrogen utama walaupun efek estrogenik tidak dapat diabaikan.

Progestin, yang paling penting dari progestin adalah progesteron dan sebagian kecil progestin yaitu hidroksi progesteron yang disekresi bersama dengan progesteron mempunyai efek yang sama. Pada wanita normal progesteron disekresi dalam jumlah cukup banyak selama akhir siklus ovarium dan progesteron juga disekresi oleh plasenta selama kehamilan khususnya setelah kehamilan bulan keempat.

Estrogen dan progesteron keduanya disintesis dalam ovarium terutama dari kolesterol yang berasal dari darah dalam jumlah kecil. Diperoleh dari asetil ko-enzim A, membentuk inti steroid yang tepat. Selama sintesis progesteron dan hormon kelamin pria (testosteron) akan disintesis pertama kali, baru kemudian fase folikular dari siklus ovarium.

Hampir semua testosteron dan sebagian besar progesteron diubah menjadi estrogen oleh sel-sel granulosa. Selama fase luteal dari siklus jauh lebih banyak progesteron yang dibentuk yang semuanya akan diubah dalam plasma wanita oleh ovarium.

I. Kelainan Bawaan pada Alat Reproduksi Wanita

Dalam masa pembentukan alat-alat kelamin dapat mengalami beberapa gangguan. Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan alat kelamin pada umumnya dan kelamin wanita pada khususnya dapat menimbulkan berbagai bentuk kelainan bawaan (kongenital).

Kelainan bawaan pada alat kelamin wanita di antaranya adalah tidak terbentuk bibir kemaluan (bibir besar dan bibir kecil menyatu), hymen (selaput dara) tidak berlubang, tidak terbentuk liang senggama (vagina), septum vagina melintang, liang senggama dupleks (ganda).

Pustaka: 
Lesmana, Ronny dkk. 2017. Fisiologi Dasar untuk Mahasiswa Farmasi, Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish.

Tinggalkan komentar