Sistem Reproduksi Pria Bagian Dalam dan Luar

A. Definisi

Organ reproduksi pria dirancang untuk dapat menghasilkan, menyimpan dan mengirimkan sperma. Sperma tersimpan dalam cairan yang terlindung dan bergizi, yaitu air mani (semen).

Adapun struktur luar dari sistem reproduksi pria terdiri dari penis, skrotum (kantung zakar) dan testis (buah zakar). Sedangkan struktur dalam dari sistem reproduksi pria terdiri dari vas deferens, uretra, kelenjar prostat dan vesikula seminalis.

B. Struktur Sistem Reproduksi Pria

Penis terdiri dari:

  1. Akar (menempel pada di dinding perut),
  2. Badan (merupakan bagian tengah dari penis).
  • Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut).
  • Lubang uretra (saluran tempat kamarnya semen dan air kemih) terdapat di ujung glans penis.
  • Dasar ujung glans penis disebul korona.

Pada pria yang tidak disunat (sirkumsisi), kulit depan (preputium) menutupi mulai dari korona menutupi glans penis.

Badan penis terdiri dari 3 rongga silindris (sinus) jaringan erektil:

  1. Dua rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus kavarnosum, terletak bersebelahan.
  2. Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum, mengelilingi uretra. Jika rongga tersebut terisi darah, maka penis menjadi lebih besar, kaku dan tegak (mengalami ereksi).

Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan melindungi testis. Skrotum juga bertindak sebagai pengontrol suhu untuk testis, karena agar sperma terbentuk secara normal, testis harus memiliki suhu yang sedikit lebih rendah dibanding dengan suhu tubuh.

Otot kremaster pada dinding skrotum akan mengendur atau mengencang sehingga testis menggantung lebih jauh dari tubuh (dan suhunya menjadi lebih dingin) atau lebih dekat ke tubuh (dan suhunya menjadi lebih rendah).

Testis berbentuk lonjong dengan ukuran sebesar buah zaitun dan terletak di dalam skrotum. Biasanya testis kiri agak lebih rendah dari testis kanan. Testis memiliki dua fungsi yaitu menghasilkan sperma dan membuat testosteron (hormon seks pria utama).

Anatomi alat kelamin pria
Anatomi alat kelamin pria
Anatomi testis
Anatomi testis

Uretra mempunyai dua fungsi:

  1. Bagian dari sistem kemih yang mengalirkan air kemih dari kandung kemih.
  2. Bagian dari sistem reproduksi yang mengalirkan semen.

Kelenjar prostat terletak dibawah kandung kemih (dalam pinggul) den mengelilingi bagian tengah dari uretra. Biasanya ukurannya sebesar walnut dan akan membesar sejalan dengan pertambahan usia.

Prostat dan vasikula seminalis menghasilkan cairan yang merupakan sumber makanan bagi sperma. Cairan ini merupakan bagian terbesar dari semen. Cairan lainnya yang membentuk semen berasal dari vas deferens dan kelenjar lendir di dalam kepala penis.

C. Fungsi Reproduksi dan Hormonal Pria

Fungsi reproduksi pada pria terbagi menjadi tiga bagian:

  1. Spermatogenesis,
  2. Aktivitas seksual pria,
  3. Pengaturan fungsi reproduksi pria oleh berbagai hormon.

D. Spermatogenesis

Spermatogenesis terjadi di dalam semua tubulus seminiferus selama kehidupan seksual aktif sebagai akibat rangsangan oleh hormon gonadotropin hipofisis anterior, dimulai rata-rata pada usia 13 tahun (pubertas) dan berlanjut sepanjang hidup.

Tahap-tahap spermatogenesis

Tubulus seminiferus mengandung banyak sel epitel germinativum yang berukuran kecil sampai sedang yang dinamakan spermatogonia.

Spermatogonia terletak pada 2-3 lapis pada lapisan di sepanjang pinggir luar epitel tubulus. SeI-sel ini terus mengalami proliferasi untuk mengganti sperma yang dikeluarkan dan sebagian akan berdiferensiasi melalui stadium-stadium definitif perkembangan untuk membentuk sperma.

Pada tahap pertama dari spermatogenesis, spermatogonia primitif berkumpul tepat di tepi membran basal dari epitel germinativum, disebut spermatogonia tipe A, membelah empat kali untuk membentuk 16 sel yang sedikit lebih berdiferensiasi → spermatogonia tipe B.

Pada tahap ini, spermatogonia bermigrasi ke arah sentral di antara sel-sel sertoli. Sel-sel sertoli ini sangat besar, dengan pembungkus sitoplasma yang berlebihan yang meluas dari lapisan sel spermatogonia sampai ke bagian tengah lumen dari tubulus.

Membran sel-sel sertoli sangat kuat berlekatan satu sama lain pada bagian dasar dan bagian sisi, membentuk suatu lapisan pertahanan yang mencegah penetrasi dari kapiler-kapiler yang mengelilingi tubulus dari molekul-molekul protein yang besar seperti imunoglobulin yang mungkin mengganggu perkembangan lanjut dari spermatogonia menjadi spermatozoa.

Namun spermatogonia yang sudah dipersiapkan untuk menjadi spermatozoa menembus lapisan pertahanan ini dan menjadi terbungkus di dalam prosesus-prosesus sitoplasma dari sel-sel sertoli yang berlipat kedalam. Hubungan yang erat dengan sel sertoli ini terus berlanjut di seluruh sisa perkembangan spermatozoa.

Meiosis

Untuk jangka waktu rata-rata 24 hari setiap spermatogonium untuk membentuk suatu spermatosit primer yang besar.

Pada akhir hari ke-24, spermatosit terbagi menjadi spermatosit sekunder yang disebut meiosis pertama. Semua DNA di dalam 46 kromosom bereplikasi. Dalam proses ini masing-masing 46 kromosom menjadi dua kromatid yang tetap berkaitan bersama pada sentromer.

Spermatosit pertama terbagi menjadi dua spermatosit sekunder yang setiap pasang kromosom berpisah sehingga ke 23 kromosom.

Dalam 2 – 3 hari meiosis kedua terjadi pada kedua kromatid dari 23 kramosom berpisah pada sentromer. Setiap spermatid hanya membawa 23 kromosom setengah dari gen-gen spermatogonium yang pertama. Spermatozoa yang akhirnya membuahi ovum wanita akan menyediakan setengah dari bahan genetik.

Perkembangan sel sperma setelah meiosis

Spermatid dimatangkan dan dibentuk kembali secara fisik oleh sel sertoli. Proses pengubahan spermatid menjadi satu spermatozoa dengan cara:

  1. Menghilangkan sebagian sitoplasma.
  2. Menyusun bahan kromatin dari inti spermatid untuk membentuk satu kepala yang padat.
  3. Mengumpulkan sisa sitoplasma dan membran sel pada salah satu ujung untuk membentuk ekor.

Seluruh masa spermatogenesis dari sel germinal sampai sperma membutuhkan waktu kurang lebih 64 hari.

Tahap tahap perkembangan sperma dari spermatogonia
Tahap-tahap perkembangan sperma dari spermatogonia

Kromosom kelamin

Satu dari ke-23 pasang kromosom mengandung informasi genetik yang menentukan jenis kelamin anak. Kromosom X untuk kromosom wanita dan kromosom Y untuk kromosom pria. Jenis kelamin ditentukan oleh kedua jenis sperma yang membuahi ovum.

44 kromosom + XX → anak lahir perempuan. Tetapi seandainya 44 + XY → anak laki-laki.

Pembentukan sperma

Bagian yang paling penting menentukan dalam pembuatan sperma adalah testis. Sperma yang matang memiliki kepala dengan bentuk lonjong dan datar serta memiliki ekor keriting yang berguna mendorong sperma yang memasuki air mani.

Kepala sperma mengandung inti yang memiliki kromosom dan juga memiliki struktur yang disebut akrosom yang terutama terbentuk dari aparatus golgi. Selubung akrosom mengandung sejumlah enzim yang serupa enzim yang ditemukan pada lisosom dari sel-sel khusus:

  • Hialuronidase yang dapat mencerna filamen proteoglikan dari jaringan.
  • Enzim proteolitik kuat yang dapat mencerna protein. Enzim ini memainkan peranan penting sehingga memungkinkan sperma untuk membuahi ovum.

Sperma yang diproduksi testis tersimpan aman di dalam kantung buah zakar. Pembentukan sperma berjalan lambat pada suhu normal, tapi terus-menerus terjadi pada suhu yang lebih rendah dalam kantung zakar.

Tubuh akan mempertahankan posisi testis kendor, yang menyebabkan testis terasa lebih dingin dibandingkan anggota tubuh lainnya. Sehingga hal-hal yang menyebabkan suhu tinggi disekitar kantung zakar dapat dihindarkan karena keadaan itu akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi sperma.

Ekor sperma yang disebut flagellum, memiliki tiga komponen utama:

  1. Rangka pusat yang dibentuk dari 11 mikrotubulus, secara keseluruhan disebut aksonema, struktur tersebut serupa dengan silia.
  2. Membran sel tipis yang menutupi aksonema.
  3. Sekelompok mitokondria yang mengelilingi aksonema pada bagian proksimal ekor (disebut badan ekor).

Seorang laki-laki dewasa menghasilkan lebih dari 100 juta sel sperma perhari. Sel-sel ini berangsur-angsur bergerak melalui vasa eferen yang bermuara ke tubulus seminifarus dan ke epididimis yang merupakan tempat pendewasaan lebih lanjut dan penyimpanan.

Fisiologi organ kelamin pria

Testis (buah zakar) adalah suatu alat dengan fungsi membentuk sperma dan sebagai organ endokrin. Testis sebagai pembentuk sperma terdiri atas 900 lilitan tubulus seminilerus.

Setelah dibentuk, sperma kemudian dialirkan melalui epididimis ke dalam vas deferens, melewati korpus kelenjar prostat.

Baca juga:  Sistem Urinaria (Ginjal) Manusia

Vesikula seminalis + cairan prostat + sperma masuk ke dalam duktus ejakulatorius dan masuk ke dalam uratra internus. Saat cairan melewati uretra, cairan akan disuplai dengan mukus yang berasal dari sejumlah besar kelenjar uretra yang terletak di sepanjang dan kelenjar Bulbouretralis (kelenjar Cowper) bilateral yang terletak di dekat asal uretra.

Hormon yang dibentuk adalah testosteron. Hormon testosteron bertanggung jawab untuk perkembangan ciri kelamin sekunder dari laki-laki, seperti: janggut, suara besar, dan bentuk badan. Hormon ini juga diperlukan untuk produksi sperma.

E. Faktor Hormonal yang Merangsang Spermatogenesis

Beberapa hormon memainkan peranan yang penting dalam spermatogenesis. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Testosteron, disekresi oleh sel-sel I
  2. Leydig yang terletak di testis interstitium. Hormon ini penting bagi pertumbuhan dan pembagian sel-sel germinativum dalam membentuk sperma. lnterstitium cells ini merupakan sel target hormon yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar pituitari (hipofisis) yang terletak di dasar otak.
  3. Kelenjar hipofisis, FSH bekerja langsung pada spermatogonia, untuk merangsang produksi sperma.
  4. Luteinizing Hormone (LH) disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior, merangsang sel-sel Leydig untuk mensekresikan testosteron.
  5. Estrogen dibentuk dari testosteron oleh sel-sel sertoli. Sel-sel sertoli juga mensekresikan suatu protein pengikat androgen yang mengikat testosteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan dalam lumen tubulus seminiferus membawa kedua hormon ini tersedia untuk pematangan sperma.
  6. Hormon pertumbuhan (Growth Hormone) untuk mengatur latar belakang fungsi metabolisme testis mengikat pembelahan awal spermatogonia.

Pematanan sperma dalam epididimis

Sperma yang bergerak dari tubulus seminiferus dan dari bagian awal epididimis adalah sperma motil dan tidak dapat membuahi ovum. Setelah sperma berada dalam epididimis selama 18 jam sampai 24 jam.

Sperma memiliki kemampuan motilitas walaupun beberapa faktor penghambat protein dalam cairan epididimis masih mencegah motilias yang sebenarnya setelah ejakulasil

Setelah ejakulasi, sperma memang menjadi motil dan mampu untuk membuahi ovum, suatu proses yang disebut pematangan. Sel-sel sertoli dan epitel epididimis mensekresikan suatu cairan makanan khusus yang diejakulasikan bersama dengan sperma.

Cairan ini mengandung hormon (baik testosteron maupun estrogen), enzim-enzim, dan nutrisi khusus yang mungkin penting atau bahkan sangat penting pematangan sperma.

Pematangan sperma

Kedua testis dari seorang manusia dewasa muda dapat membentuk kira kira 120 juta sperma perhari. Sejumlah kecil sperma dapat disimpan dalam epididimis, tetapi sebagian besar sperma disimpan dalam vas deferens.

Sperma dapat tetap disimpan dan mempertahankan fertilitasnya dalam duktus genitalia paling sedikit selama satu bulan selama waktu ini, sperma disimpan dalam keadaan inaktif yang sangat ditekan karena banyak bahan penghambat dalam bahan sekresi duktus.

F. Fisiologi Sperma yang Matang

Aktivitas sperma sangat ditingkatkan dalam medium netral dan sedikit basa seperti yang terdapat dalam semen yang diejakulasi, tetapi akan sangat asam dapat mematikan sperma dengan cepat.

Aktivitas sperma meningkat dengan nyata bersamaan dengan peningkatan suhu, kecepatan metabolisme, menyebabkan hidup sperma dapat sangat dipersingkat. Hidup sperma pada traktus genetalia wanita hanya 1 – 2 hari.

G. Fungsi Vesikula Seminalis

Vesikula seminalis merupakan kelenjar sekretorik bukan tempat penyimpanan sperma. Vesikula seminalis merupakan tubulus berlokus dan berkelok yang dilapisi oleh epitel sekrotorik yang menyekresi bahan-bahan mukus yang mengandung banyak fruktosa, asam sitrat dan bahan nutrisi lainnya demikian juga dengan prostaglandin dan fibrinogen yang berperan penting dalam proses inseminasi (fertilisasi).

Setiap vesikula seminalis mengeluarkan isinya ke dalam duktus ejakulatorius sesaat setelah vas deferens mengeluarkan sperma. Hal ini sangat menambah jumlah semen yang diejakulasi dan fruktosa serta zat gizi lainnya dalam cairan seminal merupakan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh sperma yang diejakulasi sampai salah satu dari sperma tersebut membuahi ovum.

Prostaglandin diperkirakan membantu proses pembuahan dengan cara:

  1. Bereaksi dengan mukus serviks untuk membuat serviks lebih reseptif terhadap gerakan sperma.
  2. Mungkin menyebabkan kontraksi peristaltik balik dalam uterus dan tuba fallopi untuk menggerakkan sperma mencapai ovarium.

H. Fungsi Kelenjar Prostat

Kelenjar prostat mensekresi cairan encer, seperti susu yang mengandung ion sitrat, kalsium, ion fosfat, enzim pembeku dan profibrinolisin. Selama pengisian sampai kelenjar prostat berkontraksi sejalan dengan kontraksi vas deferens sehingga cairan encer seperti susu yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat menambah lebih banyak lagi jumlah semen.

Sifat yang sedikit basa dari cairan prostat penting untuk suatu keberhasilan fertilisasi ovum, karena cairan vas deferens relatif asam akibat adanya asam sitrat dan hasil akhir metabolisme sperma akan menghambat kemampuan fertilisasi sperma, sekret vagina bersifat asam (pH = 3,5-4,0).

Sperma tidak dapat bergerak optimal sampai pH sekitarnya meningkat kira-kira 6 sampai 6,5. Akibatnya merupakan suatu kemungkinan bahwa cairan prostat menetralkan sifat asam dari cairan lainnya setelah ejakulasi dan juga meningkatkan motilitas dan fertilitas sperma.

I. Semen

Semen terdiri atas cairan dan sperma yang berasal dari vas deferens (kira-kira 10% dari keseluruhan semen), cairan vesikula seminalis (kira-kira 60%), cairan dari kelenjar prostat (kira-kira 30%) dan sejumlah kecil cairan dari kelenjar mukosa, terutama kelenjar bulbouretralis.

Jadi bagian terbesar semen adalah cairan vesikula seminalis yang merupakan cairan yang terakhir diejakulasikan dan berfungsi untuk mendorong sperma keluar dari duktus ejakulatorius dan uretra. pH rata-rata dari campuran semen mendekati 7,5.

Cairan prostat yang bersifat basa menetralkan keasaman yang ringan dari bagian semen lainnya. Cairan prostat membuat semen terlihat seperti susu, sementara cairan dari vesikula seminalis dan dari kelenjar mukosa membuat semen menjadi agak kental.

Enzim pembeku dari cairan prostat menyebabkan fubrinogen caian vesikula seminalis membentuk koagulum yang lemah, yang mempertahankan semen dalam daerah vagina yang lebih dalam, tempat serviks uterus.

Koagulum kemudian dilarutkan 15 sampai 20 menit kemudian kerena lisis oleh librinolisin yang dibentuk dari profibrinolisin prostat. Pada menit pertama setelah ejakulasi, sperma masih tetap tidak bergerak, mungkin karena viskositas dari koagulum. Sewaktu koagulum dilarutkan, sperma secara menjadi sangat motil.

Sperma dapat bertahan pada suhu di bawah -100°C, sperma dapat disimpan sampai bertahun-tahun.

Kapasitasi spermatozoa – membuat spermatozoa dapat menembus ovum

Aktivitas spermatozoa diatur oleh berbagai faktor penghambat yang disekresikan oleh epitel-epitel duktus genitalia. Saat spermatozoa pertama kali dikeluarkan di dalam semen, spermatozoa tidak dapat melaksanakan fungsinya dalam membuahi ovum.

Akan tetapi, sewaktu berhubungan dengan cairan dari traktus genitalia wanita, terjadi berbagai perubahan yang mengaktifkan sperma untuk proses akhir fertilisasi. Kumpulan perubahan ini disebut kapasitas dari spermatozoa. Kapasitas ini biasanya membutuhkan waktu 1-10 jam.

Beberapa perubahan yang diyakini terjadi adalah sebagai berikut:

  1. Lendir uterus dan tuba fallopi mencuci bersih bermacam-macam faktor penghambat yang telah menekan aktivitas sperma di dalam duktus genitalia pria.
  2. Sementara spermatozoa tetap tinggal di dalam cairan duktus genitalia pria, spermatozoa secara terus-menerus terpapar dengan banyak vesikel yang mengapung dari tubulus seminiferus, yang mengandung sejumlah besar kolesterol. Kolesterol ini terus menerus di berikan kepada membran sel yang menutupi akrosom sperma, memperkuat membran, dan mencegah pelepasan enzim. Setelah ejakulasi, sperma yang terdapat di dalam vagina berenang menjauhi vesikeI-vesikel kolesterol menuju lendir uterus dan secara berangsur-angsur sperma kehilangan sebagian besar kolesterolnya dalam beberapa jam kemudian. Sementara itu, membran pada bagian kepala sperma menjadi lebih lemah.
  3. Membran kepala sperma juga menjadi jauh lebih permeabel terhadap ion kalsium, sehingga sekarang ion kalsium memasuki sperma dalam jumlah banyak dan mengubah aktivitas flagel, menimbulkan suatu gerakan mencambuk yang kuat pada sperma yang berlawanan dengan gerakan sebelumnya, yang lemah bergelombang. Selain itu, ion-ion kalsium mungkin menyebabkan perubahan perubahan di dalam membran intraseluler yang menutupi bagian awal dari akrosom, membuat akrosom dapat melepaskan enzimnya dengan cepat dan mudah sewaktu sperma menembus masa sel granulosa yang mengelilingi ovum dan bahkan lebih dari itu, yaitu sewaktu sperma mencoba untuk menembus zona pelusida dari ovum.
Baca juga:  Fisiologi Nyeri

Enzim-enzim akrosom – reaksi akrosom dan penetrasi ovum

Enzim hialuronidase dan enzim proteolitik disimpan dalam jumlah besar di dalam akrosom sperma. Enzim hialuronidase mendepolimerisasikan polimer-polimer asam hialuronat di dalam semen interseluler yang menahan sel sel granulosa.

Enzim-enzim proteolitik mencernakan protein dalam elemen-elemen dasar jaringan yang masih terdapat pada ovum.

Sebelum satu sperma dapat membuahi ovum, sperma melewati lapisan sel granulosa dan kemudian harus melakukan penetrasi menembus penutup tebal dari ovum sendiri, yaitu zona pelusida. Enzim hialurodinase di antara enzim-enzim ini terutama penting dalam membuka jalan di antara sel-sel granulosa sehingga sperma dapat mencapai ovum.

Saat mencapai zona pelusida ovum, membran anterior sperma berikatan secara khusus dengan satu protein reseptor dalam zona pelusida. Kemudian, dengan cepat, seluruh membran anterior akrosom menghilangkan dan semua enzim akrosom dengan segera dilepaskan.

Dalam waktu beberapa menit, enzim-enzim tersebut akan membuka suatu jalur penetrasi untuk masuknya kepala sperma melewati zona pelusida.

Pertama kepala memasuki ruang perivitelin yang terletak di bawah zona pelusida tetapi di luar dari membran tempat oosit. Dalam waktu 30 menit, membran kepala sperma dan oosit bersatu dan bahan bahan genetik dari sperma masuk ke dalam oosit untuk menyebabkan fertilisasi; kemudian embrio mulai berkembang.

Mengapa hanya satu sperma yang masuk ke dalam oosit?

  1. Hanya beberapa sperma yang pernah masuk sampai sejauh zona pelusida sehingga mungkin hanya ada waktu 10, 20 atau 30 menit sebelum sperma yang kedua.
  2. Dalam waktu beberapa menit setelah sperma yang pertama melakukan penetrasi ke zona pelusida, ion kalsium berdifusi melalui membran oosit dan menyebabkan banyak granula-granula kortikal dilepaskan melalui eksositosis dari oosit ke dalam ruang perivitelline. GranuIa-granula ini mengandung zat yang dapat menembus semua bagian zona pelusida dan mencegah pengikatan sperma yang sudah berikatan menjadi jatuh.
  3. Perubahan di dalam membran oosit setelah penyusutan oosit dengan sperma diyakini menyebabkan depolarisasi listrik. Hal ini juga dapat memainkan peran dalam mencegah sperma yang selanjutnya.

Spermatogenesis abnormal dan fertilitas pria

Epitel tubulus seminaferus dapat dihancurkan oleh sejumlah penyakit, contoh: orkitis bilateral, yang disebabkan oleh mumps (parotitis) menyebabkan sterlilitas dalam persentase yang besar. Banyak bayi pria dengan epitel tubulus yang berdegenerasi sebagai akibat struktur dalam duktus genitalia atau sebagai akibat abnormalitas genetik.

Akhirnya, penyebab sterilisasi yang biasanya temporer adalah suhu yang berlebihan pada testis, sebagai berikut:

1. Pengaruh suhu pada spermatogenesis

Peningkatan suhu pada testis dapat mencegah spermatogenesis dengan menyebabkan degenerasi sebagian besar sel-sel tubulus seminiferus di samping spermatogenia. Alasan testis terletak di dalam skrotum adalah untuk mempertahankan suhu kelenjar ini di bawah suhu tubuh, walaupun biasanya hanya kira-kira 2°C di bawah suhu bagian dalam tubuh.

Pada hari yang dingin, refleks skrotum menyebabkan otot-otot skrotum berkontraksi, menarik testis mendekat ke tubuh sehingga di hari yang hangat otot-otot menjadi hampir relaksasi total sehingga testis tergantung agak jauh dari tubuh.

Jadi skrotum secara teoritis bekerja sebagai suatu mekanisme pendinginan bagi testis (tetapi sebagai suatu pengatur pendingin) yang tepatnya spermatogenesis dikatakan menjadi berkurang selama cuaca panas.

Kriptorkidisme

Kriptorkidisme berarti gagalnya testis turun dari abdomen ke dalam skrotum. Selama perkembangan janin pria, testis berasal dari rabung abdomen. Akan tetapi, kira-kira 3 minggu sampai 1 bulan sebelum kelahiran bayi, normal testis turun melalui kanalis inguinalis ke dalam skrotum.

Kadang-kadang, penurunan ini tidak terjadi atau tidak sempurna, sehingga salah satu/kedua testis tetap berada dalam abdomen, dalam kanalis ingunalis atau di tempat lain sepanjang jalur penurunannya.

Testis yang tetap berada dalam rongga abdomen sepanjang hidup tidak mempunyai kemampuan untuk membentuk sperma. Epitel tubulus berdegenerasi hanya meninggalkan struktur interstisial testis.

Sering menjadi keluhan bahkan suhu dalam abdomen yang hanya beberapa derajat lebih tinggi dari suhu skrotum sudah cukup untuk menyebabkan degenerasi epitel tubulus dan sebagai akibatnya, timbul sterilisasi, walaupun hal ini masih belum pasti.

Meskipun demikian, karena alasan tersebut, tindakan operasi untuk mengembalikan testis yang mengalami kriptorkidisme dari rongga abdomen ke dalam skrotum sering dilakukan sebelum awal kehidupan seksual dewasa pada anak pria yang mengalami testis tidak turun ke dalam skrotum.

Sekresi testosteron oleh testis janin itu sendiri merupakan stimulus normal yang menyebabkan testis turun ke dalam skrotum dari abdomen.

2. Pengaruh jumlah sperma terhadap sterilisasi

Jumlah semen yang biasanya diejakulasikan pada setiap koitus rata rata adalah 3,5 mililiter, dan setiap milliliter semen mengandung rata rata 120 juta sperma, walaupun bahkan pada orang “normal” jumlah ini dapat bervariasi dari 35 sampai 299 juta.

Hal ini berarti bahwa rata-rata total dari 400 juta sperma biasanya terdapat dalam setiap ejakulasi. Ketika jumlah sperma dalam setiap milimeter turun kira-kira dibawah 20 juta, orang tersebut biasanya mengalami infertilitas.

Sehingga walaupun hanya satu sperma yang diperlukan untuk membuahi ovum, dengan alasan yang belum di mengerti benar ejakulasi biasanya harus mengandung jumlah sperma yang amat banyak untuk paling tidak satu di antaranya membuahi ovum.

3. Pengaruh morfologi dan mortilitas sperma terhadap fertilitas

Kadang-kadang orang memiliki jumlah sperma yang normal tetapi tetap infertil. Bila hal ini terjadi, sering ditemui hampir separuh dari jumlah spermanya memiliki kelainan fisik sperma, seperti memiliki dua kepala, bentuk kepala yang tidak normal atau ekor yang tidak normal.

Di saat yang lain, sperma terlihat normal secara struktural, tetapi dengan alasan yang tidak dimengerti, sperma tersebut seluruhnya tidak motil atau relatif tidak motil, maka orang tersebut hampir infertil, walaupun sisa sperma lainnya terlihat normal.

Morfologi sperma abnormal
Morfologi sperma abnormal

J. Aktivitas Seksual Pria

Rangsangan saraf untuk kinerja aksi seksual pria

Sumber sinyal saraf sensorik yang paling penting untuk memulai aksi seksual pria adalah glans penis. Glans penis mengandung sistem organ akhir sensorik yang sangat sensitif yang meneruskan mobilitas perasaan khusus yang disebut sensasi seksual ke dalam sistem saraf pusat.

Aksi gesekan pada hubungan seksual terhadap glans penis merangsang organ akhir sensorik dan sensasi seksual selanjutnya menjalar melalui saraf pudendus, kemudian melalui pleksus sakralis ke dalam bagian sakral dari medula spinalis dan akhirnya dari medula sampai ke daerah yang belum ditentukan dari cerebrum.

Impuls tersebut mungkin juga masuk ke medula spinalis dari daerah yang berdekatan dengan penis untuk membantu merangsang aksi seksual.

Sensasi seksual bahkan dapat berasal dari struktur internal seperti area yang mudah terangsang pada urtera, kandung kemih, prostat, vesikula seminalis, testis dan vas deferens. Salah satu penyebab dari “dorongan seksual” adalah pengisian organ seksual dengan sekret.

Infeksi dan inflamasi pada organ seksual kadang-kadang menyebabkan keinginan seksual terus menerus dan obat “afrodisiak”, seperti: cantharides meningkatkan keinginan seksual dengan merangsang kandung kemih dan mukosa uretra.

Unsur psikis rangsangan seksual pria

Hanya dengan memikirkan pikiran-pikiran seksual atau bahkan hanya dengan mengkhayalkan bahwa hubungan seksual sedang diakukan dapat menyebabkan terjadinya aksi seksual pria dan menyebabkan ejakulasi.

Pengeluaran nocturnal orgasm selama mimpi terjadi pada banyak pria selama beberapa tahap kehidupan seksual terutama pada usia remaja.

Baca juga:  Sistem Reproduksi Wanita

Integrasi aksi seksual pria pada medula spinalis

Fungsi otak mungkin tidak terlalu penting dalam peranan tersebut karena rangsangan genital yang sesuai dapat menyebabkan ejakulasi pada beberapa hewan dan terkadang pada manusia setelah medula spinalis mereka dipotong di atas daerah lumbal.

Aksi seksual pria dihasilkan dari mekanisme refleks yang sudah terintegrasi di medula spinalis sakralis dan medula spinalis lumbalis. Mekanisme ini dapat dirangsang baik oleh rangsangan psikis atau rangsangan seksual yang nyata tetapl biasanya merupakan kombinasi dari keduanya.

Tahap-tahap aktivitas seksual pria

1. Ereksi; peran saraf seksual parasimpatik

Ereksi adalah pengaruh pertama terhadap rangsangan seksual pria. Derajat ereksi sebanding dengan derajat rangsangan, baik karena rangsangan psikis atau fisik. Ereksi disebabkan oleh impuls saraf parasimpatik yang menjalar dari bagian sakral medula spinalis melalui nervus pelvikus ke penis.

Serat serat parasimpatik mensekresikan nitrogen oksida dan bukan asetilkolin. Nitrogen oksida melebarkan arteri arteri pada penis demikian juga dengan jalinan kerja trabekular serat otot polos di dalam jaringan erektil dari korpus kavernosa dan korpus spongiosum dalam batang penis.

Jaringan erektil penis
Jaringan erektil penis

Jaringan erektil ini tidak lebih dari sinusoid-sinusoid kavernosa yang lebar, yang normalnya cukup kosong tetapi menjadi sangat berdilatasi saat darah arteri mengalir dengan cepat ke dalamnya sementara aliran vena sebagian dibendung.

Badan erektil, terutama kedua korpus kavernosa, dikelilingi oleh lapisan librosa yang kuat. Oleh karena itu, tekanan yang tinggi di dalam sinusoid menyebabkan penggembungan dari jaringan erektil yang berlebihan sehingga penis menjadi keras dan memanjang.

2. Lubrikasi, suatu fungsi parasimpatik

Menyebabkan kelenjar uretra dan kelenjar bulbouretralis mensekresi lendir. Lendir ini mengalir melalui uretra selama hubungan seksual untuk membantu melubrikasi dalam proses koitus. Kebanyakan lubrikasi selama koitus lebih disediakan oleh organ kelamin wanita daripada oleh pria.

Tanpa lubrikasi yang cukup, aksi seksual pria jarang berhasil dengan baik karena hubungan seksual dengan lubrikasi yang tidak cukup menyebabkan gangguan dan nyeri yang bersifat lebih menghambat sensasi seksual yang menyenangkan.

3. Emisi dan ejakulasi; fungsi saraf simpatik

Emisi dan ejakulasi adalah puncak dari aksi seksual pria. Ketika rangsangan seksual menjadi amat kuat, pusat refleks pada medula spinalis mulai melepas impuls simpatik yang meninggalkan medula pada L-1 dan L-2 dan menyeberang ke organ genitalia melalui pleksus hipogastrik dan pleksus simpatis pelvikus untuk mengawali emisi dan selanjutnya ejakulasi.

Emisi dimulai dengan kontraksi vas deferens dan ampula yang menyebabkan keluarnya sperma ke dalam uretra interna. Kontraksi otot yang melapisi kelenjar prostat akhirnya diikuti dengan kontraksi vesikula seminalis yang mengeluarkan cairan seminal mendorong sperma lebih jauh.

Semua cairan ini bercampur dalam uretra interna dengan mukus yang telah disekresi oleh kelenjar bulbouretralis dan membentuk semen. Proses tersebut adalah emisi.

Pengisian uretra interna secara serempak mengeluarkan sinyal sensorik yang dihantarkan melalui saraf pudendus ke region sakralis medula spinalis yang menimbulkan suatu sensasi kepenuhan yang mendadak dalam organ kelamin Interna.

Sinyal sensorik lebih jauh lagi membangkitkan kontraksi ritmik dari organ kelamin interna dan menyebabkan kontraksi otot-otot iskiokavernosus dan bulbokavernosus yang menekan dasar jaringan erektil penis.

Dua pengaruh ini menyebabkan peningkatan tekanan ritmik seperti gelombang di dalam duktus genital dan uretra yang “mengejakulasi” semen dari uretra ke luar. Proses ini disebut ejakulasi.

Keseluruhan periode emisi dan ejakulasi emisi ini disebut orgasme pria. Pada akhir proses tersebut, gairah seksual pria menghilang hampir secara keseluruhan dalam 1-2 menit dan ereksi menghilang suatu proses yang disebut resolusi.

K. Testosteron dan Hormon Lainnya pada Pria

Sekresi testosteron oleh sel-sel interstisial Leydig dalam testis

Testis mensekresi beberapa hormon kelamin pria yang disebut androgen, termasuk: testosteron, dihidrotestosteron dan androstenedion. Testosteron yaitu hormon testikular terpenting, sebagian besar testosteron diubah menjadi hormon dihidrostestosteron yang lebih aktif pada jaringan target.

Sel sel interstisial leydig
Sel-sel interstisial leydig

Testosteron dibentuk oleh sel-sel interstisial Leydig yang terletak di antara interstisial tubulus seminiferus dan terdiri atas sekitar 20% masa pada testis dewasa.

Sel-sel Leydig hampir tidak ditemukan dalam testis pada masa kanak kanak, sewaktu testis hampir tidak mensekresi testosteron tetapi hormon tersebut terdapat dalam jumlah yang banyak pada bayi pria yang baru lahir dan pria dewasa setelah pubertas; pada kedua masa tersebut testis mensekresi sejumlah besar testosteron.

Ketika tumor berkembang dalam sel-sel interstisial Leydig, testosteron disekresikan dalam jumlah sangat banyak.

Sekresi androgen pada tempat lain dalam tubuh

“Androgen” berarti hormon steroid apapun yang memiliki efek maskulinisasi termasuk testosteron, androgen juga meliputi hormon kelamin pria yang dibentuk di tempat lain selain testis.

Sebagai contoh, kelenjar adrenal mensekresi paling tidak lima hormon androgen yang berbeda walaupun aktivitas maskulinisasi dari semua hormon ini normalnya sangat sedikit (kurang dari 5% dari seluruh aktivitas pada pria dewasa) sehingga hormon-hormon tersebut tidak menyebabkan sifat maskulinisasi bahkan pada wanita, kecuali menyebabkan pertumbuhan rambut pubis dan axilIa.

Sifat kimiawi androgen

Semua androgen adalah senyawa steroid. Untuk testosteron dan dihidrotestosteron, baik dalam testis maupun dalam adrenal androgen dapat dibentuk baik dari kolesterol atau langsung dari asetil koenzim A.

Metabolisme testosteron

Setelah disekresi oleh testis, kira kira 97% testosteron menjadi lemah ikatannya dengan albumin plasma atau lebih kuat berikatan dengan sebuah beta globulin yang disebut globulin pengikat hormon kelamin dan bersirkulasi dalam darah berada dalam bentuk ini selama 30 menit 1 jam atau lebih.

Sampai waktu itu, testosteron tersebut terikat dengan jaringan atau pecah menjadi produk tidak aktif yang selanjutnya diekskresikan.

Sebagian besar testosteron yang terikat ke jaringan diubah dalam sel sel menjadi dihidrotestosteron terutama dalam organ-organ target khusus seperti kelenjar prostat pada pria dewasa dan dalam genetalia eksterna pada janin laki-laki.

Pemecahan dan ekskresi testosteron

Testosteron yang tidak terikat dalam jaringan dengan cepat diubah, terutama oleh hati, menjadi androsteron dan dehidroepiandrosteron dan secara serempak dikonjugasikan sebagai glukuronida atau sulfat (terutama glukuronida).

Semuanya diekresikan baik ke usus dalam empedu atau ke dalam urin melalui ginjal.

Pembentukan estrogen gada pria

Sejumlah kecil estrogen dibentuk pada pria (kira-kira seperlima dari jumlah pada wanita yang tidak hamil) dan jumlah estrogen yang cukup dapat ditemukan dalam urin pria.

Sumber estrogen:

  1. Jumlah estrogen dalam cairan tubulus seminiferus cukup tinggi dan kemungkinan memainkan peranan yang penting dalam spermatogenesis. Estrogen ini diyakini dibentuk oleh sel-sel sertoli dengan mengubah beberapa testosteron menjadi estradiol.
  2. Estrogen yang dibentuk dari testosteron dan androstanediol dalam jaringan tubuh yang lain terutama hati mungkin terdapat sebanyak 80% dari total pembentukan estrogen pada pria.

Fungsi testosteron

Testosteron bertanggung jawab terhadap berbagai sifat maskulinisasi tubuh. Bahkan selama kehidupan janin, testis sudah distimulasi oleh korionik gonadotropin dari plasenta untuk membentuk sejumlah testosteron sepanjang periode perkembangan janin dan selama 10 minggu atau lebih setelah kelahiran; kemudian setelah itu, pada dasarnya tidak ada testosteron yang dihasilkan selama masa kanak-kanak sampai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun.

Produksi testosteron meningkat dengan cepat di bawah rangsangan hormon-hormon gonadotropin hipofisis anterior pada awal pubertas dan berakhir sepanjang masa kehidupan.

Fungsi testosteron selama perkembangan janin

Testosteron mulai dibentuk oleh testis janin laki-laki pada sekitar minggu ke-7 masa embrional. Kromosom pria menyebabkan tabung genital baru yang berkembang mensekresi testosteron.

Pustaka: 
Lesmana, Ronny dkk. 2017. Fisiologi Dasar untuk Mahasiswa Farmasi, Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish.

Tinggalkan komentar