Testimoni Alumni Jurusan Farmasi: Suka Duka Kuliah di Farmasi

Pengalaman adalah guru yang terbaik bagi kita. Kita dapat belajar dan mengetahui lebih dalam lika-liku perjuangan saat menjalani hari-hari selama kuliah di jurusan Farmasi, suka dan dukanya, juga pengalaman menarik yang dialami
dulu saat berstatus mahasiswa melalui alumni yang telah melewati fase perkuliahan dulu.

Apa kata mereka? Berikut adalah beberapa testimoni para alumni jurusan Farmasi.

“Kuliah farmasi itu banyak praktikumnya, tapi disana kita bisa belajar teamwork, tanggung jawab, leadership, dan manajemen waktu yang akan bermanfaat saat masuk dunia kerja. Selain itu, ilmu farmasi juga sangat berguna untuk kehidupan sehari-hari, minimal untuk pengobatan mandiri diri sendiri dan keluarga.”

Ineu Utami Dewi,
Sains dan Teknologi Farmasi ITB 2005,
Staff New Product Development,
Otto Pharmaceutical Industries

“Sukanya di farmasi, belajar Biologi Farmasi. Dukanya di farmasi, belajar Farmakoiogi. Pasca lulus S1, lanjut kuliah apoteker. Sebelum lulus apoteker, sudah diterima bekerja di industri farmasi. Gaji yang diterima lumayan, 6 bulan bekerja, bisa menikah dengan biaya sendiri. Cari kerja gampang, buka lapangan kerja juga gampang. Semua gampang, yang susah itu masuknya, kuliahnya, dan cara keluarnya dari farmasi. Heheh…

Arif Budianto,
Sains dan Teknologi Farmasi ITB 2005,
Owner Apotek –

“Jadi angkatan pertama di FKK ITB 2006, banyak sekali pengalaman menarik, suka dukanya dan tantangannya. Tapi kami memiliki Kaprodi FKK (Pak Sigit alm.) yang luar biasa, yang tidak pernah bosan menyemangati kami dan membesarkan hati kami di saat kami down dan tidak PD sebagai pionir FKK. Alhamdulillah sampai akhirnya 34 sarjana FKK lulus semua. Saya merasa 33 kawan saya di FKK sebagai keluarga kedua saya di kampus. Selasar farmasi menjadi rumah singgah kami. Sejak lulus S1, saya sudah bertekad untuk melanjutkan S2, agar dapat belajar mengenai farmasi klinik lebih banyak, karena saya merasa di Indonesia, farmasi klinik masih dipandang sebelah mata. Di ITB pun, kesan “industri” masih sangat kuat. Alhamdulillah saya mendapatkan beasiswa LPDP untuk melanjutkan studi di University of Groningen jurusan Medical Pharmaceutical Industries, setelah 3 tahun lulus apoteker. Track yang saya ambil yaitu Pharmacoepidemiology, ini mencakup farmasi klinik yang sangat ingin saya pelajari dulu.”

Monika Pury Oktora,
Farmasi Klinik dan Komunitas ITB 2006,
Mahasiswi University of Croningen,
jurusan Medical Pharmaceutical Industries –

“Kuliah di farmasi itu berjuta rasanya… Kadang merasa berat saat harus mengerjakan tugas yang begitu banyak dan menumpuk, begadang untuk menyiapkan materi praktikum yang hampir setiap hari ada, kadang bosan dengan rutinitas yang harus menyibukkan diri dengan belajar, sempat putus asa kalau lagi dapat materi kuliah yang sulit dimengerti dan harus mencari cara untuk mengerti, harus menghafal nama-nama latin tanaman, peralatan lab dan hewan percobaan yang dulu tidak pernah terpikirkan, untuk berani atau bahkan hanya sekadar dekat dengan hewan-hewan itu. Kalau lagi masa ujian benar-benar harus menyiapkan mental. Senang karena bertemu dengan teman-teman baru yang pintar dan baik, berkesempatan diajar oleh dosen-dosen yang luar biasa, menjelajah desa terpencil untuk bakti farmasi, dikelilingi orang-orang yang kreatif, optimis, dengan lingkungan pergaulan yang beragam, mengenal dunia kesehatan dan industri melalui magang dan kerja praktik. Pokoknya seru kuliah di farmasi.”

Gustilaya Riza,
Sains dan Teknologi Farmasi ITB 2005,
Apoteker Rumah Sakit di Riau –

“Kuliah di farmasi itu termasuk sulit dan butuh manajemen waktu yang baik. Waktu buat kuliah, praktikum dan refreshing. Tapi yang membuat saya tidak menyesal kuliah di farmasi adalah saat pertama kali merasa merinding atas keagungan ciptaan Allah, yaitu saat praktikum Anatomi Fisiologi Manusia dan Farmakologi. Saat harus membedah hewan dan melihat organ juga pembuluh darah yang kecil, tipis tetapi memiliki banyak manfaat. Kuliah di farmasi juga belajar untuk bekerja sama dalam tim, mengendalikan ego, dan mengerti bahwa untuk mendapatkan sesuatu itu membutuhkan proses dan waktu. Dukanya, karena kuliah di farmasi itu jadwalnya sangat padat, jadi terkadang sulit untuk menemukan waktu untuk refreshing.

Citra Dewi Salasanti,
Sains dan Teknologi Farmasi ITB 2005,
Dosen AKFAR YPF –

“Kalau sudah masuk jurusan Farmasi itu artinya sudah kontrak untuk tidak ada weekend tanpa dikejar-kejar laporan praktikum. Tiap hari, kuliah dari pagi lalu praktikum hingga sore hari. Pada semester tertentu, jumlah praktikum mengalahkan hari kuliah. Laporan praktikum dan jurnal harus tulis tangan di kertas folio bergaris. Jadi tiap awal semester sudah beli satu rim kertas folio bergaris dan pulpen dalam jumlah banyak untuk menulis laporan. Laporan-laporan atau bahan kuliah dari kakak kelas wajib punya sebelum semester baru dimulai. Yang penting fotokopi dan punya semua bahan-bahan tersebut, meskipun nanti belum tentu terpakai atau sempat dibaca. Akrab dengan buku kompendia super tebal sebagai bahan untuk mencari data preformulasi. Sakit di tiap semester sudah jadi langganan, karena susah mencari waktu makan di sela-sela waktu praktikum di laboratorium. Positifnya kuliah di farmasi mengubah kebiasaan sehari-hari, bisa menjadi pribadi yang lebih teliti, gesit, manajemen waktu lebih baik, dan tentunya jadi jago mencuci-cuci. Walaupun dulu kuliah di farmasi banyak juga dukanya, tapi sekarang malah jadi dosen farmasi. Untuk regenerasi farmasis-farmasis masa depan.”

Hanifa Rahma,
Farmasi UNAIR 2005,
Dosen Poltekes Kemenkes Bandung, jurusan Farmasi

“Hampir sebagian mahasiswa farmasi itu terjerumus dan akhirnya tenggelam dalam dunia farmasi, termasuk saya. Saya memilih jurusan Farmasi, karena saya ingin punya teman/kakak angkatan yang saya kenal di jurusan tersebut. Kuliah di farmasi membuat mahasiswanya hanya kenal jalan dari kost ke kampus, tempat hiburan atau main baru dikenal paling cepat dua tahun setelah kuliah karena sudah bisa mengikuti irama perkuliahan yang padat. Tampak rajin, karena jadwal kuliah yang padat dan seringnya muncul di kampus. Suka begadang, kalau saya pribadi malah sering tidak tidur semalaman demi mengerjakan tugas/laporan praktikum yang harus dibawa saat akan praktikum. Karena dianggap tau tentang obat, suka ditanya tanya macem-macem tentang obat, padahal pas kuliah hampir tidak mengerti apa apa tentang obat, ya sekadar tahu nama generik serta pengobatan untuk penyakit yang jadi tugas/makalah/presentasi. Secara keseluruhan, saya menikmati dan merindukan hari-hari perkuliahan saya. Kompak, saling support (terlebih untuk yang belum lulus skripsinya, teman-teman dengan berbagai cara memberi support agar temen yang belum lulus dapat lulus). Farmasi itu menyenangkan, sekali kalian bertemu pasien, kalian akan ketagihan untuk bertemu pasien kembali. Berikan yang terbaik, kalian akan mendapat berkali-kali lebih baik dari yang kalian berikan. Pujian pasien akan selalu kalian dapatkan jika bekerja dengan hati. No Pharmacist No Service.

Yovita Dwi Arini,
Farmasi Sanata Dharma 2003.
Mahasiswa S2 Farmasi Klinis UGM.
Apoteker Pelayanan RS. Telogorejo, Semarang. –

Baca juga:  Penyimpanan Obat yang Baik dan Benar Berdasarkan Jenis, Bentuk, dan Stabilitas

Source:
Inggriani, Rini. 2016. Kuliah Jurusan Apa? Jurusan Farmasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Tinggalkan komentar