Sindroma Pre Menstrual (PMS)

Banyak laki-laki yang serba salah ketika mendapati perilaku pasangannya yang membuatnya jengkel. Pasangan lelaki itu, perempuan, jadi begitu mudah uring-uringan, sedih tanpa alasan, kerap merasa lelah, dan gampang tersinggung.

Biasanya, para perempuan berkilah dengan sedang mengalami siklus bulanan sehingga berdampak pada kondisi psikologis, atau sensitivitas rasa nyeri pada beberapa bagian tubuh. Situasi macam itu disebut Pre Menstrual Syndrome (PMS) dan Premenstruation Dysphoric Disorder (PMDD).

Ada beberapa penyebab PMS, antara lain:

  • Penurunan kadar senyawa dalam otak yang bertanggung jawab mengatur mood (serotonin) yang menyebabkan wanita mudah tersinggung, merasa nyeri dan nafsu makan meningkat.
  • Rendahnya kadar senyawa dalam otak yang bertugas menghambat sistem stres, bernama allopregnalonolone selama paska ovulasi berakibat meningkatkan tingkat kecemasan pada wanita.
  • Peningkatan dan penurunan kadar hormon-hormon yang dihasilkan sel indung telur turut mengakibatkan rasa nyeri pada pinggang.

Kondisi gangguan tingkat emosional dan rasa nyeri yang lebih parah, disebut PMDD. Tingkat emosional yang dialami bahkan bisa sampai mempengaruhi hubungan interpersonal dan menyebabkan penurunan kinerja.

PMDD umumnya muncul di akhir masa remaja hingga pertengahan usia dua-puluhan. Wanita yang mengalami sindrom PMDD diyakini mengalami ketidaknormalan fungsi syaraf serotonergik di otak yang bertugas untuk mengirimkan sinyal nyeri.

Gejala-gejala umum PMDD antara lain :

  • Depresi
  • Labil
  • Mudah tersinggung
  • Cemas
  • Keluhan-keluhan fisik seperti keram perut atau dismenorrhea, pusing terkadang disertai pingsan, nyeri pada payudara.

Tidak semua wanita yang mengalami gejala-gejala di atas lantas dinyatakan mengidap PMDD, untuk memastikannya perlu dilakukan pengamatan lebih lanjut oleh tenaga ahli. Beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk mengatasinya, antara terapi menggunakan obat seperti prozac atau konsultasi dengan psikiater.Anjuran memilih makanan pun bisa diterapkan.

Baca juga:  Tahap Perkembangan Janin pada Kehamilan Trimester Pertama, Kedua, dan Ketiga

Jadi, dapat disimpulkan bahwa perubahan hormonal tidak hanya menimbulkan nyeri pada fisik. Pun mempengaruhi kompleksnya sisi psikologis. Diharapkan dukungan orang terdekat bisa mengurangi rasa kurang nyaman yang biasa menyertai siklus “datang bulan”.

Tinggalkan komentar