9 Pilihan Obat Darah Tinggi (Hipertensi) Beserta Mekanisme Kerjanya

Obat Darah Tinggi (Hipertensi) – Mungkin saat ini kamu menderita hipertensi atau darah tinggi. Meskipun kebanyakan penyakit ini dialami oleh orang-orang yang sudah lanjut usia, namun ternyata tidak sedikit pula yang menyerang orang yang masih tergolong muda.

Pemilihan obat darah tinggi (hipertensi) ada beberapa, selain obat-obatan yang direkomendasikan apoteker, ada juga cara alami yang bisa dilakukan. Namun sebelum kamu benar-benar terkena penyakit ini, ada baiknya kamu untuk mengetahui dengan jelas sehingga kamu bisa menghindari atau mencegahnya.

Pengertian Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi atau yang biasa dikenal dengan hipertensi adalah suatu kondisi di mana pembuluh darah terus-menerus meningkatkan tekanan. Darah dibawa dari jantung ke seluruh bagian tubuh di dalam pembuluh darah. Setiap kali jantung berdetak, ia memompa darah ke dalam pembuluh darah.

Tekanan darah diciptakan oleh kekuatan darah mendorong dinding pembuluh darah (arteri) karena dipompa oleh jantung. Semakin tinggi tekanan semakin sulit jantung memompa.

Data yang dikeluarkan WHO, sekitar 972 juta orang atau 26,4% orang di seluruh dunia menderita hipertensi, dan kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Di mana 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Bagaimana sih cara mengetahui kalau seseorang itu hipertensi atau tidak? Berikut ini adalah tabel yang bisa kamu jadikan patokan.

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah
Normal <120/<80
Prehipertensi (120-139)/(80-89)
Hipertensi stage 1 (140-159)/(90-99)
Hipertensi stage 2 ≥160/≥100

Penyebab Darah Tinggi

Pada beberapa kasus, penyebab hipertensi tidak diketahui (hipertensi primer), tetapi belakang ini, pengaruh genetik dinilai berpengaruh terhadap kasus dengan hipertensi primer. Penyebab lain beberapa kasus pada kelompok dengan hipertensi yaitu penyebab endogen dan eksogen dimana secara potensional, kelompok ini dapat disembuhkan kemudian dikenal dengan hipertensi sekunder.

Beberapa penyebab hipertensi sekunder yaitu beberapa penyakit seperti:

  1. Penyakit ginjal kronis
  2. Penyakit diabetes
  3. Penyakit tiroid
  4. Sindrom Chusing
  5. Penyakit renovaskular

Hipertensi sekunder juga dapat disebabkan karena konsumsi obat darah tinggi seperti, pereda nyeri (NSAID dan kortikosteroid), antidepresan (terutama venlafakxin), obat KB dengan kadar estrogen tinggi, dan beberapa obat lainnya.

Baca juga:  Daftar Lengkap Obat yang Tidak Boleh Dikonsumsi Wanita Hamil

Cara Mencegah Darah Tinggi

Salah satu cara penting untuk mencegah darah tinggi adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan darah tinggi (hipertensi).

Modifikasi gaya hidup sangat penting yaitu dengan cara mengurangi berat badan untuk individu yang obesitas atau gemuk, mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium yaitu diet yang kaya dengan buah, sayur, dan produk susu redah lemak, diet rendah natrium, aktifitas fisik, dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja.

Obat Darah Tinggi

Pengobatan dengan obat-obat kimia dapat dilakukan, ada beberapa kelas pengobatan darah tinggi (hipertensi), yaitu:

1. Diuretik

Diuretik, terutama golongan tiazid, adalah obat darah tinggi untuk kebanyakan pasien gunakan. Bila terapi kombinasi diperlukan untuk mengontrol tekanan darah, diuretik salah satu obat darah tinggi yang direkomendasikan. Empat subkelas diuretik digunakan untuk mengobati hipertensi: tiazid, loop, agen penahan kalium, dan antagonis aldosteron.

Diuretik sangat efektif menurunkan tekanan darah bila dikombinasi dengan kebanyakan obat antihipertensif lain. Kebanyakan obat darah tinggi (antihipertensi) menimbulkan retensi natrium dan air; masalah ini diatasi dengan pemberian diuretik bersamaan.

Efek samping diuretik tiazid termasuk hipokalemia, hipomagnesia, hiperkalsemia, hiperurisemia, hiperglisemia, hiperlipidemia, dan disfungsi seksual. Diuretik loop dapat menyebabkan efek samping yang sama, walau efek pada lemak serum dan glukosa tidak begitu bermakna, dan kadang-kadang dapat terjadi hipokalsemia. Diuretik penahan kalium dapat menyebabkan hiperkalemia, terutama pada pasien dengan penyakit ginjal kronis atau diabetes dan pada pasien yang menerima ACEI, ARB, NSAID, atau supplemen kalium.

Beberapa contoh obat darah tinggi golongan ini yaitu:

  1. Diuretik tiazid (Klortalidon, Hidroklorotiazid, Indapamide, Metolazone)
  2. Diuretik loop/kuat ( Bumetanide, Furosemide, Torsemide)
  3. Penahan kalium (Triamteren, HCT)
  4. Antagonis aldosteron (Eplerenone, Spironolakton)

2. ACEI (Penghambat enzim konversi angiotensin)

ACEI menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II, dimana angiotensin II adalah vasokonstriktor poten yang juga merangsang sekresi aldosteron. ACEI juga memblok degradasi bradikinin dan merangsang sintesa zat-zat yang menyebabkan vasodilatasi, termasuk prostaglandin E2 dan prostasiklin.

Baca juga:  Pedoman Umum Penggunan Antibiotik yang Wajib Diketahui Apoteker

Peningkatan bradikinin meningkatkan efek penurunan tekanan darah dari ACEI, tetapi juga bertanggung jawab terhadap efek samping batuk kering yang sering dijumpai pada penggunaan ACEI. Contoh obatnya yaitu: Benazepril, Captopril, Enalapril, Fosinopril, Lisinopril, Moexipril, Perindopril, Quinapril, Ramipril, Trandolapril, Tanapres.

3. ARB (Penyekat reseptor angiotensin II)

ARB menghambat secara langsung reseptor angiotensinogen II tipe 1 (AT1) yang memediasi efek angiotensinogen II yang sudah diketahui pada manusia: vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, aktivasi simpatetik, pelepasan hormone antidiuretik dan konstriksi arteriol efferen dari glomerulus. ARB tidak memblok reseptor angiotensinogen tipe 2 (AT2).

Jadi efek yang menguntungkan dari stimulasi AT2 (seperti vasodilatasi, perbaikan jaringan, dan penghambatan pertumbuhan sel) tetap utuh dengan penggunaan ARB. Contoh obatnya yaitu: Kandesartan, Eprosartan, Irbesartan, Losartan, Olmesartan, Telmisartan, Valsartan.

4. Penyekat β (β Blocker)

Penyekat beta telah digunakan pada banyak studi besar untuk hipertensi. Beberapa studi telah menunjukkan berkurangnya resiko kardiovaskular apabila penyekat beta digunakan pasca infark miokard, pada sindroma koroner akut, atau pada angina stabil kronis.

Contoh obatnya yaitu Atenolol, Betaxalol, Bisoprolol, Metoprolol, Nadolol, Propanolol, Timolol, Sotalol, Acebutolol, Carteolol, Pentobutolol, Pindolol, Karvedilol, Labetolol.

5. CCB (Antagonis kalsium)

CCB merupakan obat antihipertensi yang efektif, terutama pada ras kulit hitam. CCB mempunyai indikasi khusus untuk yang beresiko tinggi penyakit koroner dan diabetes, tetapi sebagai obat tambahan atau pengganti. Data menunjukkan kalau dihidropiridine tidak memberikan perlindungan terhadap kejadian jantung (cardiac events) dibandingkan dengan terapi konvensional (diuretik dan penyekat beta) atau ACEI pada pasien tanpa komplikasi.

Contoh obatnya adalah Amlodipine, Felodipine, Isradipine, Isradipine SR, Lekarnidipine, Nicardipine SR, Nifedipine LA, Nisoldipine, Diltiazem SR, Verapamil SR.

6. Penyekat α1 (α1 Blocker)

Bekerja pada pembuluh darah perifer dan menghambat pengambilan katekolamin pada sel otot halus, menyebabkan vasodilasi dan menurunkan tekanan darah.

Efek samping yang tidak disukai dari penyekat alfa adalah fenomena dosis pertama yang ditandai dengan pusing sementara atau pingsan, palpitasi, dan bahkan sinkop 1 -3 jam setelah dosis pertama. Efek samping dapat juga terjadipada kenaikan dosis. Contoh obatnya adalah Doxazosin, Prazosin, Terazosin.

Baca juga:  Kasus Resistensi Antibiotik di Indonesia Semakin Memburuk, Peran Apoteker Semakin Dibutuhkan

7. Agonis α2 sentral

Klonidin dan metildopa menurunkan tekanan darah terutama dengan merangsang reseptor α2 adrenergic di otak. Perangsangan ini menurunkan aliran simpatetik dari pusat vasomotor di otak dan meningkatkan tonus vagal. Penurunan aktivitas simpatetik, bersamaan dengan meningkatnya aktivitas parasimpatetik, dapat menurunkan denyut jantung, cardiac output, total peripheral resistance, aktifitas plasma rennin, dan reflex baroreseptor.

Klonidin sering digunakan untuk hipertensi yang resistan, dan metildopa adalah obat lini pertama untuk hipertensi pada kehamilan. Contoh obatnya adalah Klonidin, Metildopa.

8. Reserpin

Reserpin menurunkan tekanan darah dengan mengosongkan norepinefrin dari ujung saraf simpatetik dan memblok perjalanan norepinefrin ke granul penyimpanannya. Reserpin juga mengosongkan katekolamin dari otak dan miokardium, mengakibatkan sedasi, depresi, dan berkurangnya curah jantung.

9. Vasodilator arteri langsung (direct arterial vasodilators)

Efek antihipertensi dari hidralazin dan minoksidil disebabkan oleh relaksasi langsung otot polos arteriolar tetapi tidak menyebabkan vasodilasi ke pembuluh darah vena. Kedua obat juga menyebabkan penurunan tekanan perfusi yang kuat yang mengaktifkan refleks baroreseptor.

Pengaktifan dari baroreseptor menyebabkan meningkatnya aliran simpatetik, sehingga meningkatkan denyut jantung, curah jantung, dan pelepasan rennin. Akibatnya terbentuk takifilaksis, efek hipotensi akan hilang dengan pemakaian seterusnya. Efek ini dapat diatasi dengan penggunaan penyekat beta bersamaan. Contoh obatnya adalah MInoxidil, Hidralazin.

Penutup

Untuk mengukur efektivitas terapi, hal-hal berikut harus dimonitor:

  1. Tekanan darah
  2. Kerusakan target organ: jantung, ginjal, mata, otak
  3. Interaksi obat dan efek samping
  4. Kepatuhan (adherence)

Sumber:

  1. Zaenurrohmah DH, Rachmayanti RD. Hubungan Pengetahuan dan Riwayat Hipertensi dengan Tindakan Pengendalian Tekanan Darah pada Lansia. Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 2, Mei 2017, hlm. 174-184.
  2. James PA, et al. 2014 Evidence-Based Guideline for the Management of High Blood Pressure in Adults. JAMA. 2014; 311(5): 507-520.
  3. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2006. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta: Ditjen Binfar dan Alkes Departemen Kesehatan RI.

Tinggalkan komentar