Sejarah Warfarin: Dari Pembunuh Ternak, Racun Tikus, Hingga Obat Paling Dibutuhkan Manusia

Semua apoteker pasti mengetahui warfarin dan untuk apa zat itu digunakan. Tetapi tidak semua orang mengetahui sejarah penemuannya, bagaimana warfarin pertama kali digunakan sebagai rodentisida sebelum ditemukan efek antikoagulan dan digunakan untuk terapi pasien.

Warfarin adalah antikoagulan yang paling banyak digunakan di negara tetangga, Malaysia dan negara Asia lainnya, dan ini merupakan satu obat tertua yang masih digunakan hingga sekarang.

Masalah Yang Menguntungkan

Sejarah warfarin di mulai sekitar 100 tahun yang lalu di Kanada dan dataran Amerika bagian Utara. Tidak seperti senyawa obat lain yang berasal dari tanaman obat, senyawa utama warfarin merupakan penyebab kematian ternak sehat karena mengalami perdarahan tanpa penyebab yang jelas. Kematian ternak ini mengganggu kelangsungan pekerjaan para ternak yang secara signifikan mengalami kerugian besar selama masa krisis keuangan di masa itu.

Peternak ini menyadari ada perdarahan dan kemungkinan karena cuaca di saat itu (maka mereka menggunakan jerami lembap untuk makanan ternak). Jerami lembap merupakan lingkungan yang sempurna untuk jamur seperti Penicillium nigricans dan Penicillium jensi. Setelah jamur jerami ditemukan, mereka mengganti makanan ternak dan memberikan transfusi darah segar kepada hewan yang mengalami perdarahan, yang akhirnya dapat menyelamatkan hewan ini.

Terbentuknya Dikumarol

Meskipun begitu, sepuluh tahun kemudian setelah masalah di hewan ternak berhasil diatasi, senyawa aktif jamur jerami diisolasi. Karl Paul Link (1901-1978) dan mahasiswanya berhasil mengkristalisasi senyawa aktif tersebut. Link dan mahasiswanya, Harold A. Campbell, membutuhkan waktu lima tahun untuk mendapatkan enam miligram kristal antikoagulan.

Mereka menemukan bahwa kumarin di semanggi dioksidasi dalam kondisi berjamur untuk membentuk dikumarol. Mahasiswa Link lain, Mark A. Stahmann, berhasil melakukan isolasi dikumarol skala besar. Hak paten dikumarol diberikan ke Wisconsin Alumni Research Foundation (WARF) tahun 1941.

Baca juga:  Pedoman Umum Penggunan Antibiotik yang Wajib Diketahui Apoteker

Antikoagulan Pertama Sebagai Rodentisida

Tahun 1945, Link mulai mencari variasi dikumarol untuk bisa digunakan sebagai rodentisida. Senyawanya dinamai “warfarin” dari nama WARF yang membiayai penelitian. Warfarin mulai dipasarkan tahun 1950-an, dan merupakan antikoagulan rodentisida pertama karena senyawa ini memiliki toksisitas rendah ketika terhirup atau terkena kulit. Kemudian, warfarin tidak memberi risiko tinggi ketika dipaparkan ke burung dan mamalia berukuran besar lain dibandingkan rodensitida lain.

Warfarin dikategorikan sebagai rodentisida antikoagulan dengan beberapa dosis karena hewan (roden) perlu memakannya beberapa kali baru terkena efek toksik yang letal. Senyawa banyak digunakan luas setelah pertama diperkenalkan di Amerika Serikat. Namun, banyak roden akhirnya resisten terhadap obat ini dan membutuhkan rodentisida baru.

Transisi Warfarin dari Rodentisida ke Pemakaian Klinis

Warfarin perlahan-lahan beralih fungsi dari rodentisida menjadi penggunaan yang lebih klinis. Dengan menggunakan nama “Coumadin”, warfarin diketahui memiliki efek lebih poten dibandingkan heparin (pemberian parenteral) dan dikumarol (periode laten panjang sebelum onset efek terapeutik).

Yang lebih penting, efek antikoagulan dari warfarin dapat secara efektif digantikan oleh Vitamin K. Tahun 1955, warfarin diberikan ke Presiden Amerika Serikat, Dwight Eisenhower akibat infark miokard. Penggunaan klinis warfarin pada saat itu belum banyak hingga akhirnya pemerintah mengeluarkan standar kontrol antikoagulan. Tahun 1982, WHO mengadposi tes INR untuk memonitor efek antikoagulan warfarin. Perkembangan dan adopsi INR kemudian menjadi sarana promosi penggunaan warfarin.

Meskipun warfarin telah terbukti efektif sebagai antikoagulan, bukan berarti senyawa ini tidak memiliki efek samping. Sekarang, banyak alternatif yang dikembangkan untuk mengganti warfarin, misalnya dabigatran dan apixaban. Meskipun demikian, warfarin masih memegang status sebagai antikoagulan paling banyak digunakan dan mungkin tidak bisa digantikan dalam beberapa tahun ke depan.

Tinggalkan komentar