Hargai Tenaga Medis dan Kesehatan! Tanggung Jawab Profesi Mereka Sungguh Berat

Topik mengenai kesehatan mental sudah menjadi subjek yang hangat dibicarakan beberapa waktu lalu setelah kematian Chester Bennington, mantan penyanyi rock Linkin Park dan kejadian bunuh diri lain yang diduga ada kaitannya dengan kesehatan mental.

Dari kasus tersebut menunjukkan bahwa gangguan kesehatan mental bisa terjadi pada siapa saja dan banyak ahli mengatakan bahwa akan sangat baik jika mereka mencari bantuan. Meskipun demikian, tidak begitu halnya dengan para dokter yang mungkin juga menghadapi gangguan mental serupa.

Reuters Health melaporkan bahwa hampir 40% dokter di Amerika ragu untuk mencari bantuan medis atas kesehatan mentalnya mengingat ada kemungkinan izin mereka bisa dicabut.

Kesalahannya Terletak Pada Izin Praktek

“Pernyataan yang diajukan saat pendaftaran izin sangat mengganggu terapi kesehatan mental dan kemungkinan inilah alasannya mengapa ada banyak kejadian bunuh diri di antara dokter,” ungkap kepala penulis Dr Liselotte Dyrbye, seorang profesor edukasi ilmu pengobatan dan kedokteran di Mayo Clinic di Rochester, Minnesota.

Penelitian yang dilakukan di tahun 2016 ini menemukan bahwa aplikasi izin medis (MLAQs) mengenai kondisi kesehatan mental menjadi pembatas bagi para dokter untuk mencari bantuan medis.

Penelitian, ditujukkan untuk mengetahui apakah MLAQ benar-benar memengaruhi para dokter yang mencari bantuan medis, mengumpulkan aplikasi izin yang sudah ada dan perbaharuan izin dari sekitar 50 kota dan Distrik di Columbia. Peneliti kemudian mendapatkan data pada sikap mencari pertolongan mengenai masalah kesehatan mental dari sampel perwakilan nasional pada 5.829 dokter yang menyelesaikan survey antara 28 Agustus 2014 hingga 6 Oktober 2014.

Tersebarnya informasi pribadi Pada inti masalahnya, Federasi Badan Medis Swasta menyarankan badan perizinan medis untuk tidak meminta dokter mengisi mengenai riwayat penyakit mental mereka. Petigas yang melakukannya akan melanggar Undang-undang Disabilitas Amerika tahun 1990. Asosiasi Psikiatrik Amerika (APA) juga menyatakan bahwa gangguan dan potensi risiko pada ketidak-profesionalan tidak bisa disimpulkan hanya dari diagnosis atau terapi saja.

Baca juga:  Rumah Sakit di Jepang Pakai Robot untuk Kirim Obat

Namun, ada dorongan untuk hanya memasukkan kuesioner status gangguan performa keprofesionalan dan bahwa keputusan mengenai izin medis harus berdasarkan pada performa profesional. Hasilnya, beberapa cabang badan perizinan memodifikasi pertanyaan mereka mengenai kesehatan mental.

“Meskipun demikian, banyak yang masih melanggar Undang-undang Disabilitas Amerika, dan prevalensi pertanyaan mengenai perpanjangan izin tentang riwayat penyakit mental pada dokter masih tetap naik,” tulis Dr Dyrbye.

Berdasarkan penelitian, hasil menemukan bahwa “hanya satu per tiga bagian (16 dari 48) yang mempertanyakan status kesehatan mental pada pendaftaran baru dan ulang aplikasi izin praktek.”

Banyak Dokter Mengalami Depresi

Dr Katherine Gold, seorang profesor di Universitas Michigan di Ann Arbor mengatakan bahwa pertanyaan yang dihasilkan oleh badan perizinan menciptakan batasan bagi para dokter untuk mencari bantuan. “Banyak dokter takut mencari bantuan medis karena mereka mungkin saja akan kehilangan izin praktek atau memiliki batasan pada izin mereka. Maka, tentu saja, mereka takut untuk mencari bantuan medis.”

Ia juga menambahkan bahwa keragu-raguan mencari terapi merupakan keragu-raguan yang dialami dokter sehingga memperparah kondisi depresi mereka dan kemudian bunuh diri.

“Kita tidak memiliki bukti bahwa riwayat depresi atau gangguan kegelisahan pada dokter sebelumnya ikut memengaruhi perawatan pasien,” ungkap Gold. “Maka bukannya melindungi pasien, pertanyaan ini malah akan menciptakan stigma pada para dokter.”

Berdasarkan fakta ini, Dr Thomas Schwenk, dekan Universitas Nevada, Reno, Fakultas Kedokteran, juga meminta dihapusnya pertanyaan mengenai riwayat penyakit mental sebelumnya dari aplikasi pendaftaran izin baru dan perbaruan izin.

“Ini merupakan cara yang bisa diterima dan perlu dilakukan oleh badan perizinan mengingat mereka tidak berhak menanyakan mengenai gangguan yang diderita para dokter, dan berharap penelitian ini akan menggerakkan badan organisasi untuk mulai memikirkan perubahan yang perlu dilakukan,” ungkapnya.

Tinggalkan komentar