15 Tujuan dan Ruang Lingkup Farmasi Klinik

A. Tujuan Farmasi Klinik

Tujuan farmasi klinik yaitu memaksimalkan efek terapeutik obat, meminimalkan resiko atau toksisitas obat, meminimalkan biaya obat, menghormati pilihan pasien.

1. Memaksimalkan efek terapeutik

Pengobatan yang diberikan kepada pasien harus sesuai dengan kebutuhan pasien yang disesuaikan dengan gejala klinik yang dirasakan pasien, sehingga meminimalisir kejadian yang tidak diharapkan dari kemungkinan adanya kesalahan penggunaan obat, sehingga tujuan terapi bisa didapatkan semaksimal mungkin.

Efek terapi yang diharapkan meliputi:

a. Ketepatan pemilihan obat

Kepedulian farmasi melibatkan banyak hal bukan sekedar memperhatikan terapi obat, kepedulian farmasi juga meliputi keputusan tentang penggunaan obat yang akan digunakan oleh pasien secara individual.

Pertimbangan keputusan pemilihan penggunaan obat meliputi cara pemberian, rute pemberian, jangka waktu atau lama terapi, pelayanan informasi obat yang tepat, sehingga diperoleh ketepatan penggunaan obat.

b. Ketepatan indikasi

Tepat indikasi merupakan poin penting untuk mencegah adanya DRPs (Drug Related Problems). Tepat indikasi yaitu pasien mengalami keluhan penyakit atau masalah medis dan mendapatkan penanganan medis sesuai dengan terapi yang cocok dengan kebutuhan pasien.

c. Ketepatan penggunaan dosis sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien

Pemberian obat kepada pasien harus diperhatikan kondisi pasien, penggunaan dosis orang dewasa berbeda dengan penggunaan dosis untuk anak anak, dosis yang diberikan kepada pasien anak harus didasarkan berat badan anak dalam satuan kgBB, sehingga didapatkan ketepatan penggunaan dosis sesuai kebutuhan pasien.

d. Evaluasi terapi

Evaluasi terapi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk menjamin mutu, efektivitas dan keamanan obat yang telah diberikan kepada pasien, dengan demikian dapat meminimalisir adanya kesalahan pengobatan, dan sebagai pedoman untuk pemberian terapi pada pasien berikutnya yang menderita keluhan penyakit yang sama.

2. Meminimalkan resiko/toksisitas

Salah satu tujuan dari adanya pharmaceutical care (kepedulian farmasis) yaitu dengan melakukan pelayanan dengan cara memastikan resiko yang sekecil mungkin bagi pasien, meminimalkan masalah ketidak-amanan pemakaian obat meliputi efek samping obat, dosis, interaksi dan kontra indikasi.

Baca juga:  Metode Perencanaan Kebutuhan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit

3. Meminimalkan biaya obat

Pelayanan farmasi yang salah satunya memberikan keuntungan kepada pasien, terutama pasien dengan ekonomi menengah kebawah seperti mengurangi biaya pengobatan pasien, dapat dilakukan dengan cara memastikan bahwa obat tepat penyakit, tepat pasien dan tepat lama terapi, sehingga dapat mengurangi resiko lama rawatan pasien di rumah sakit.

Pelayanan farmasi yang dilakukan untuk meminimalkan biaya pengobatan pasien meliputi:

  1. Apakah jenis obat yang dipilih adalah obat yang paling efektif dalam hal biaya dan rasional?
  2. Apakah biaya pengobatan yang akan dibebankan ke pasien terjangkau oleh kemampuan pasien atau rumah sakit?
  3. Jika tidak, alternatif jenis obat apa yang memberikan kemanfaatan dan keamanan yang sama tetapi lebih tepat?

4. Menghormati pilihan pasien

Pelayanan farmasi bersifat adil yaitu dengan memberikan kebebasan kepada pasien dalam hal pemilihan obat dan menghormati keputusan yang diambil pasien, dan tidak mengesampingkan faktor yang terkait dengan obat pasien seperti faktor farmakokinetika dan farmakodinamika obat yang dipilih pasien.

Keterlibatan pasien dalam proses pengobatan akan menentukan keberhasilan terapi. Hak pasien harus diakui dan diterima semua pihak.

B. Ruang Lingkup Farmasi Klinis

Ruang lingkup kegiatan farmasi klinik menurut SK MenKes No 436/MenKes/SK/VI/1993, meliputi:

1. Pemantauan pengobatan

Pemantauan pengobatan pasien merupakan suatu proses kegiatan farmasi klinik baik di apotek maupun di rumah sakit dengan tujuan untuk memastikan bahwa pasien telah minum obat dengan tepat, baik tepat waktu pemberian maupun tepat cara penggunaan.

Bila pemantauan pengobatan dilakukan di apotek tujuannya adalah memastikan bahwa seseorang pasien mendapatkan obat yang sesuai dengan kebutuhan pasien atau gejala penyakit pasien, obat yang dipilih seefektif, terjangkau pasien dan aman bagi pasien dengan artian efek samping yang minimal.

Pemantauan Pengobatan dapat dilakukan dengan cara:

a. Menganalisis terapi yang telah diberikan kepada pasien

Seseorang pasien yang telah mendapatkan pengobatan tidak begitu saja ditinggalkan, tetapi perlu dipantau secara rutin pengobatan pasien, sehingga dari pantauan tersebut dapat dilakukan analisis terapi yang mungkin terjadi adanya efek yang tidak diharapkan dari pengobatan pasien.

Baca juga:  Penggunaan Obat Rasional

b. Memberikan pengarahan kepada praktisi kesehatan tentang kebenaran pengobatan

Peranan farmasi klinik selain berorientasi kepada pasien, juga memberikan edukasi kepada tenaga kesehatan lainnya berkaitan dengan obat baik mengenai rute penggunaan obat, cara menggunakan, waktu pemberian obat agar didapatkan pengobatan yang tepat kepada pasien.

c. Memberikan pelayanan kefarmasian pada pasien secara langsung

Kegiatan farmasi klinik salah satunya yaitu memberikan pelayanan kefarmasian kepada pasien secara langsung di ruang rawat pasien terkait dengan pengobatan pasien diantaranya memberikan edukasi, informasi dan konseling mengenai obat yang telah diterima pasien.

2. Seleksi obat

Seleksi obat dilakukan oleh farmasis bekerja sama dengan dokter dan pemegang kebijakan di bidang obat dalam penyusunan formularium obat dan atau daftar obat yang digunakan.

Salah satu peranan farmasi klinik dalam hal proses penggunaan obat yang akan digunakan pasien adalah dengan memberikan intervensi pada dokter terkait dengan obat yang akan diberikan kepada pasien meliputi pemilihan sediaan obat dan dosis yang tepat untuk seorang pasien tertentu.

3. Pemberian informasi obat

Farmasis bertanggung jawab mencari informasi dan melakukan evaluasi literatur ilmiah secara kritis, dan kemudian mengatur pelayanan informasi obat untuk praktisi pelayanan kesehatan dan pasien.

4. Penyiapan dan peracikan obat

Kepedulian farmasi selain kegiatannya terjun langsung ke pasien, farmasis juga mampu menyiapkan dan melakukan peracikan obat sesuai dengan kebutuhan pasien selain itu juga disesuaikan dengan lembar resep yang diterima pasien.

5. Penelitian dan studi penggunaan obat

Kegiatan farmasi klinik antara lain meliputi studi penggunaan obat, farmakoepidemiologi, farmakovigilansi, dan farmakoekonomi. Seorang farmasis harus mempunyai ilmu khususnya tentang obat yang ter-update, karena ilmu baru yang berkaitan tentang obat tidak pernah habis dan tidak pernah ketinggalan jaman, bahkan ada ilmu ilmu baru terkait dengan penemuan penemuan obat baru.

Baca juga:  Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Apotek Rawat Jalan, dan Pelayanan Kefarmasian

6. Tempeutic Drug Monitoring (TDM)

Farmasi klinik bertugas menjalankan pemantauan kadar obat dalam darah. Dalam hal ini seorang farmasis diharuskan mempunyai ilmu farmasi klinik yang luas dan mendalam terkait dengan pemantauan kadar obat di dalam darah dari obat yang digunakan pasien, dengan tujuan agar tidak terjadi kemungkinan yang terkait dengan kesalahan penggunaan obat dalam hal ini dosis obat, agar tidak menyebabkan toksik.

7. Uji klinik

Farmasis juga terlibat dalam perencanaan dan evaluasi obat, serta berpartisipasi dalam uji klinik

8. Monitoring efek samping obat

Kegiatan farmasis klinis salah satunya yaitu melakukan monitoring efek samping obat. Efek samping obat merupakan salah satu reaksi yang tidak diinginkan yang terjadi selama pasien menerima obat atau merupakan reaksi yang merugikan. Efek samping ini tidak selalu dengan cepat dideteksi atau diketahui selama pasien menggunakan obat.

Efek samping ada yang segera terjadi setelah pasien meminum obat contohnya pasien dengan keluhan alergi menggunakan obat CTM, efek samping dari CTM yaitu mengantuk, efek samping ini dapat segera dirasakan oleh pasien setelah menggunakan obat CTM, sehingga pasien yang menggunakan CTM dianjurkan agar tidak membawa kendaraan.

Ada juga efek samping yang reaksinya diketahui lama setelah obat digunakan contohnya seperti penggunaan obat Catopril, pemakaian jangka lama dapat menyebabkan efek samping berupa hipotensi.

9. Penanganan obat sitostatika

Kegiatan penanganan obat sitostatika atau obat kanker harus sangat diperhatikan, karena obat obat sitostatika apabila tertumpah atau terkena kulit maka dapat membahayakan, sehingga dibutuhkan teknis khusus dalam hal penanganan obat sitostatika.

10. Penyiapan total parentral nutrisi

Penyiapan total nurisi parenteral merupakan salah satu kegiatan farmasis klinis yang dilakukan kepada pasien yang tidak dapat menelan makanan.

11. Melakukan konseling

Konseling mengenai obat yang akan, sedang atau telah digunakan oleh pasien sangat membantu dalam pencapaian tujuan kegiatan farmasi klinis yaitu meningkatkan kualitas hidup pasien.

Tinggalkan komentar