Anda yang telah berpasangan, beruntunglah, karena tidur bersama pasangan lebih sehat daripada tidur sendiri, begitu kata para ahli. Bahkan, beberapa peneliti percaya bahwa tidur dengan pasangan mungkin menjadi alasan utama, mengapa orang yang sedang berada dalam hubungan yang intim dengan seseorang, cenderung berada dalam kesehatan yang lebih baik.
Beberapa studi juga menemukan bahwa umumnya wanita tidak tidur nyenyak ketika mereka tidur dengan pasangan dan bangun lebih sering pada malam hari dibandingkan dengan laki-laki yang tidur bersama pasangan mereka. Baik pria maupun wanita, sama-sama lebih banyak bergerak saat tidur di ranjang yang sama dibanding saat mereka tidur sendiri.
Survei di Inggris mengungkapkan rata-rata pasangan memiliki 167 argumen di kamar tidur dalam setahun sebagian besar disebabkan oleh kebiasaan tidur yang menjengkelkan seperti memonopoli selimut, mendengkur, bergulir ke sisi yang salah dari tempat tidur dan kaki terasa dingin.
Survei tersebut juga menemukan bahwa setidaknya 20 persen dari 2.000 orang dewasa yang terlibat hubungan intim, mengklaim bahwa mereka kehilangan setidaknya dua jam waktu tidur di waktu malam karena dengkur pasangannya dan satu dari sepuluh orang dewasa meninggalkan pasangan mereka karena kebiasaan tidur malam yang menjengkelkan telah menjadi masalah besar dalam hubungan mereka.
Jam biologis yang tidak serasi juga menjadi beban dalam hubungan, kata Jeffry Larson, seorang profesor terapi keluarga dan perkawinan di Universitas Brigham Young di Provo, Utah.
Namun, beberapa ahli mengatakan bahwa, meskipun dengan semua gangguan tidur tersebut, tidur bersama pasangan secara signifikan lebih baik daripada tidur sendiri, demikian disebut dalam Journal.
Salah satu studi Troxel tahun 2009 menemukan bahwa wanita dalam hubungan jangka panjang yang stabil, tertidur lebih cepat dan lebih sedikit terbangun pada malam hari dibandingkan dengan wanita lajang atau wanita yang mengalami masalah dengan pasangannya.
Troxel menunjukkan bahwa tidur dengan pasangan dapat meningkatkan perasaan aman dan nyaman, yang akhirnya dapat menurunkan kadar hormon stres kortisol dan sitokin yang dapat menyebabkan peradangan. Plus, meningkatkan homon cinta atau oksitosin, yang telah terbukti untuk mengurangi kecemasan.
Troxel mengatakan bahwa meskipun berbagi tempat tidur dapat membuat orang bergerak lebih banyak namun manfaat psikologis dari kedekatan dengan pasangan dapat menutupinya.
John Dittami, ahli endokrinologi perilaku dan ritme biologis di University of Vienna, yang memimpin penelitian menemukan bahwa secara psikologis, wanita menikmati kehadiran pria di sampingnya meskipun mereka harus membayar dengan berkurangnya waktu tidur mereka. Dia juga menunjukkan bahwa wanita lebih mudah terganggu oleh pasangannya karena mereka lebih sensitif terhadap lingkungan.
Dalam studi 2010 yang lain, peneliti menemukan bahwa apa yang pasangan lakukan pada siang hari dapat mempengaruhi tidur seseorang. Wanita memiliki interaksi negatif dengan pasangan di siang hari, memiliki tidur yang lebih tidak berkualitas di malam hari dan begitu juga sebaliknya.
Christina McCrae, profesor di University of Florida dan presiden Society of Behavioral Sleep Medicine mengatakan kepada Journal bahwa membereskan masalah yang mengganjal hubungan kadang-kadang dapat meringankan insomnia dan dia telah melihat banyak pasiennya dapat tidur lebih berkualitas ketika hubungan mereka dengan partnernya membaik.