Obat Metformin telah lama terbukti dapat menurunkan kadar gula darah. Namun kebaikan Metformin tidak sebatas itu saja. Bagi penyandang diabetes, mengonsumsi Metformin dalam dosis tepat ternyata juga bisa memberikan proteksi lebih bagi penyandang diabetes melitus (DM), khususnya bagi mereka perokok aktif.
Metformin adalah obat lama yang menurut guideline dari American Diabetes Association (ADA) masih menjadi terapi lini pertama penyakit diabetes. Secara biomolekuler, obat ini memiliki seratus manfaat. Selain sebagai obat antidiabetes, obat ini juga dapat memberikan efek protektif terhadap sistem metabolik, melindungi jantung dan ginjal. Bahkan dapat mencegah pertumbuhan sel tumor (MCRC).
Hal ini disampaikan Ketua Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) Prof. Dr. dr. Askandar Tjokroprawiro, SpPD, K-EMD, FINASIM. Dalam kesempatan khusus, Prof Askandar mengungkapkan efek proteksi yang diperoleh dengan mengonsumsi metformin telah banyak dipublikasikan di berbagai penelitian di luar negeri.
“Sudah banyak dipublikasikan penelitian tentang benefit lebih dari Metformin ini. Mengonsumsi Metformin dalam jangka panjang mampu memperkecil benjolan tumor pada payudara maupun usus besar,” ungkapnya.
Berdasarkan hasil penelitian pada Journal of Diabetes 2016 di UK diperoleh kesimpulan bahwa pada pasien DM perokok aktif yang mengonsumsi Metformin mengalami resiko penyakit jantung koroner sebesar 24 persen lebih rendah di bandingkan dengan DM perokok aktif yang tidak mengonsumsi obat tersebut. Bahkan, resiko kematiannya hanya sebesar 48 persen lebih rendah dibanding dengan DM yang tidak mengonsumsi. Prof. Askandar menekankan, meskipun kebaikan Metformin membawa dampak mencegah efek nikotin terhadap resiko kanker, namun ada baiknya jika penyandang diabetes menghindari kebiasaan merokok.
Selain itu, Metformin ternyata dapat menghambat pertumbuhan tahi lalat. Bahkan, Obat ini dianjurkan pula bagi orang-orang yang gemar mengonsumsi makanan berlemak. Karena, efek Metformin dapat menghambat terjadinya penyempitan pembuluh darah. Metformin juga baik dikonsumsi oleh penderita hipotiroit. “Jika dikonsumsi oleh penderita serangan jantung, maka infact-nya tidak mudah meluas,” jelasnya.
Meskipun banyak memberikan proteksi, penggunaannya Metformin harus diawali dengan rekomendasi dokter untuk memastikan kondisi ginjal terlebih dulu. Mengingat pemakaian obat tersebut haris dalam kondisi ginjal yang baik dan dengan takaran dosis yang tepat.
“Konsumsi Metformin tidak bisa asal-asalan. Tetap ada dosisnya, yaitu 500-200 ml/gram perhari. Itu pun dengan catatan kondisi ginjal harus baik. Karena jika tidak, Metformin justru akan memberikan efek komulatif mengendap di ginjal,” tegasnya lagi.
Prof. Askandar menuturkan, Metformin adalah salah satu solusi. Namun sebenarnya yang lebih penting adalah memperbaiki gaya hidup dengan mengatur dan menjaga pola makan, serta rutin melakukan aktifitas fisik.
Sementara itu, pasien DM seringkali khawatir bila rutinitas mengonsumsi obat diabetes seumur hidup dapat merusak ginjal. Padahal sebenarnya tidak demikian. Prof Askandar menegaskan, obat-obatan untuk diabetes dan hipertensi tidak memiliki dampak buruk pada ginjal. Obat diabetes maupun hipertensi yang diberikan kepada pasien justru dapat melindungi ginjal dari kerusakan. Bila tidak dikonsumsi malah mengakibatkan gula darah dan tekanan darah jadi tidak terkontrol yang justru dapat merusak ginjal.
Sebenarnya ada beberapa jenis obat yang memiliki efek samping terhadap kerusakan ginjal, seperti obat pereda nyeri dan rematik. Obat-obatan tersebut tetap aman dikonsumsi apabila mengalami keluhan, dosisnya pun harus sesuai, tidak berlebihan.
Oleh karena itu, Prof. Askandar berharap tenaga medis dapat memberikan pemahaman yang tepat kepada para pasiennya. Khususnya terhadap kepatuhan dalam mengonsumsi obat-obatan untuk mengontrol kadar gula darah. (Source: unair.ac.id)