TAHAP PERKEMBANGAN ANAK – Pada sebuah petikan tulisan mengatakan bahwa,
“Lima tahun pertama kehidupan adalah separuh langkah dari seluruh kehidupan…“
Kalimat tersebut di atas sepertinya hanya sebuah pernyataan ‘asal-asalan’ dan dibuat-buat. Akan tetapi Anda juga terburu-buru menolak pernyataan tersebut. Kenyataan menunjukkan bahwa masa penting tahap perkembangan anak manusia memang berada pada beberapa tahapan usia tertentu, dan salah satunya adalah masa 5-6 tahun pertama.
Berbagai penelitian juga menunjukkan hal yang sama. Pada masa ini, sel otak sedang berkembang, dan anak mempelajari banyak hal dalam kehidupannya. Mulai dari belajar tengkurap, duduk, mengenali suara ibunya, mengenali bentuk, warna, suara, dan bahkan bau tubuh anggota keluarganya.
Anda tentu saja asing dengan peristiwa yang bisa dikatakan aneh. Seringkali menangis ketika salah satu dari kedua orang tuanya sedang berada di luar rumah, namun begitu salah satu orang tuanya tersebut memasuki rumah, bayi langsung berhenti menangis meskipun belum melihat orang tuanya tersebut. Hal ini sangat wajar, dan memang demikianlah keadaan dari sensor emosi bayi yang masih sangat segar dan murni.
Memahami Tahap Perkembangan Anak dan Potensi Kecerdasannya
Usia 1 – 6 tahun adalah usia yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan seseorang di masa remaja dan dewasa kelak. Meskipun anehnya, masa itu hanya menyisakan sedikit sekali memori sadar ketika kita sudah dewasa. Kita hampir-hampir tidak dapat mengingat bagaimana keadaan kita ketika mulai belajar berdiri pada usia menjelang satu tahun.
Kita juga tidak mampu mengingat bagaimana sedihnya ketika ibu kita tiba-tiba menghentikan pemberian ASI kepada kita semasa berusia dua tahun atau kurang. Bahkan kita pun sedikit kesulitan mengingat suasana hari pertama masuk TK pada usia 5 tahun.
Meskipun tidak bisa kita ingat secara utuh, namun sebenarnya masa balita menyimpan sangat banyak memori pertumbuhan yang disimpan di otak bawah sadar. Karenanya, pertumbuhan masa balita ini sangat memengaruhi keadaan remaja dan dewasa.
Tahap Perkembangan Anak
Bayi mengalami perkembangan baik fisik maupun non fisik secara cepat pada usia 0 – 3 tahun. Perkembangan ini kemudian menurun kecepatannya. Perkembangan sel otaknya juga organ-organ tubuh lainnya sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain nutrisi makanan,perlakukan orang tua, keturunan, dan juga pengaruh lingkungan sekitarnya.
Kondisi ini mengingatkan pada kenyataan masyarakat Jawa mengenai konsep “Bibit, bobot dan bebet“, yang terkadang memang benar adanya. Meski tidak mutlak, namun ketiga hal itu memang akan sangat memengaruhi jiwa seseorang. Konsep tersebut kini dapat diartikan sebagai aspek genetika keturunan, pengaruh sosial keluarga, lingkungan, dan nutrisi makanan.
Dengan demikian, patutlah kiranya kita jefaskan pentingnya memahami perkembangan mental kecerdasan anak sejak usia dini.
Aspek Penting Tahap Perkembangan Anak
Nano Sunaryo (2008) menyampaikan, bahwa tahap perkembangan mental anak secara umum meliputi 4 aspek penting. Keempat aspek penting tersebut adalah:
- Perkembangan gerak dasar
- Perkembangan gerak halus
- Perkembangan emosi (berbicara dan emosi)
- Perkembangan perilaku sosial.
Keempat aspek tersebut yang menjadi inti sasaran dari pendampingan dan perlakuan terhadap seorang anak untuk bisa menjadi calon generasi yang sehat, cerdas, dan kreatif, sebagaimana yang dicita-citakan oleh setiap orang tua.
Anak harus didorong untuk aktif dan memiliki rasa percaya diri yang kuat, bukan malah dipenjarakan dengan berbagai larangan atau bahkan ditakut-takuti.
Dalam masyarakat kita, hingga kini masih sering ditemukan orang tua yang banyak sekali menerapkan larangan dan peraturan ‘ini’ dan ‘itu’ kepada anak kesayangannya. Seorang anak yang cerdas seringkali mencoba menanyakan alasannya. Sayangnya orang tua sering tidak sabar dan menjawab dengan asal-asalan bahkan tidak logis.
Misalnya saja, karena khawatir anaknya terjatuh jika memanjat pohon, orang tua selalu melarang anaknya mendekati pohon. Jika mereka ditanyai anaknya, akan menjawab, “Ada ular di pohon“. “Nanti digigit hantu“, “Nanti jatuh“, atau “pokoknya ga’ boleh“, dan sebagainya.
Hal tersebut tidak membuat bayi paham sebab-akibatnya, namun malah terjebak pada ketakutan yang berlebihan seperti kepada hantu, dan ketidakpercayaan diri semasa dewasa karena sejak kecil banyak menerima larangan.
Psikologi Tahap Perkembangan Anak
Seorang anak pada masa perkembangan terpenting ini juga tidak selayaknya dicerca atau bahkan di’sumpahi’. Psikologi modern telah menemukan bahwa alam bawa sadar menyimpan potensi pembentukan karakter yang sangat kental, dan bahkan cenderung menjadi kunci sukses. Memori bawah sadar menyimpan secara otomatis informasi pernyataan yang diterima dengan kuat.
Sebagai contoh, orang tua kadang tanpa disadari mengatakan kalimat-kalimat negatif kepada anaknya, seperti, ‘Dasar anak nakal’, atau ‘Anak nggak tahu aturan!’ Ternyata kalimat tersebut akan tersimpan sangat kuat dalam memori bawah sadar dan menjadi semacam pernyataan diri si anak, ‘Aku anak nakal’ atau ‘Aku nggak tahu aturan’.
Jika pernyataan tersebut sering diterima, maka pelan-pelan anak terbentuk menjadi apa yang dirasakan tersebut. Sebaliknya, jika sejak bayi anak sering mendapat pujian-pujian, seperti, ‘Anak mama yang cantik’, atau ‘Anak pintar’. dan sebagainya, ia pun akan berproses demikian sehingga menjadi pernyataan diri pribadi si anak yang tentu saja jika terwujud akan sesuai dengan harapan orang tuanya.
Hal di atas ternyata cocok dengan kepercayaan masyarakat timur, bahwa sumpah orang tua akan ‘numusi’, yaitu akan mewujud seperti halnya dicontohkan dalam berbagai cerita rakyat, dimana kutukan orang tua itu menjadi kenyataan.
Oleh karena itu, dalam mendampingi buah hati, kita tidak boleh berkata sembarangan agar tidak menjadi sebuah pernyataan diri yang negatif bagi perkembangan karakter anak tercinta. Jika melarang anak, kita tetap harus menyampaikan alasan logis, mendidik, dan selalu menggunakan kata-kata yang positif, bahkan ketika memberikan hukuman sebagai pelajaran disiplin sekalipun.
Membimbing Perkembangan Kecerdasan Anak
Untuk membimbing perkembangan kecerdasan anak, orang tua harus melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya merangsang perkembangan buah hati. Rangsangan-rangsangan tersebut harus berjalan bersambung dan bertahap. Kita tidak boleh memaksakan perkembangan anak, semua harus diberikan dengan hati-hati sesuai dengan tahap perkembangan anak yang sedang dijalani.
Nano Sunaryo (2008) mengklasifikasikan 8 aspek rangsangan yang harus diberikan dalam rangka mendidik anak, yaitu sebagai berikut:
- Rangsangan gerak, meliputi melatih perkembangan otot agar lincah dan kuat.
- Rangsangan berbicara, melatih anak mampu berbicara jelas dan komunikatif.
- Kecerdasan, melatih melatih anak mampu mengingat dan menggunakan fungsi anggota tubuhnya.
- Rangsangan kepercayaan diri, melatih anak percaya pada kemampuannya dan tidak manja.
- Rangsangan sosial pergaulan, melatih anak mampu bergaul dan menerima keberadaan orang lain, juga bersedia berbagi dan menghormati orang lain.
- Rangsangan akademik, mengenal ruang dan pengertian-pengertian pengetahuan sederhana.
- Rangsangan pendidikan alam sekitar, melatih anak mengenal lingkungan sosial masyarakat.
- Rangsangan permainan, memberikan berbagai permainan yang mengasyikkan dalam kerangka belajar. Misalnya menggambar, menyanyi, menari, dan sebagainya.
Peran Orang Tua
Perang orang tua sangat penting dan vital dalam pemberian rangsangan dan pendampingan selama anak mengembangkan diri dan dan mentalnya. Hal yang ditekankan adalah pemahaman terhadap tahap perkembangan anak. Jangan sampai anak dipaksa memahami sesuatu yang memang ia belum mampu. Anak juga harus menerima suasana yang sehat dan ceria.
Hal-hal Penting yang Mendukung Tahap Perkembangan Anak
Ada beberapa hal yang menjadi faktor pendukung tahap perkembangan anak, yakni:
Nutrisi Makanan
Masa 1 – 6 tahun adalah masa yang sangat penting dalam perkembangan fisik anak. Buah hati kita lahir dalam keadaan lemah dan organ-organ tubuhnya hanya berfungsi secara sederhana, namun terus berkembang dari hari ke hari. Salah satu tahap perkembangan anak adalah pertumbuhan jaringan tubuh dengan sangat cepat pada masa kini.
Oleh karena itu, ia membutuhkan dukungan gizi yang baik untuk diproses membentuk jaringan baru, dan memaksimalkan bentuk serta fungsi organ terutama tulang dan otak.
Untuk itu, anak membutuhkan asupan gizi terutama protein sebagai zat pembangun, dan kalsium sebagai syarat pertumbuhan tulang dan gigi. Saat ini produk makanan bayi sangat bervariasi terutama untuk kategori makanan ringan. Orang tua sangat perlu mewaspadai kandungan makanan, jangan sampai anak kita terlalu banyak mengonsumsi snack instan yang tidak sehat, misalnya coklat. Coklat memang mengandung kalsium dan protein, tetapi jika terlalu banyak justru akan menggerus gigi anak.
Usia anak juga sangat rentan terhadap beberapa penyakit. Maka selain dengan menjaga kebersihan dan kesehatan udara dan lingkungan rumah, nutrisi juga diperlukan dalam membantu meningkatkan kekebalan tubuh.
Perhatian Orang Tua
Ibarat mendaki jalan baru yang belum dikenal, orang tua berperan sebagai pemandu perjalanan bagi tahap perkembangan anak mereka di awal-awal pertumbuhan. Memang, asalkan makanan terjaga, bayi pasti akan tumbuh dengan sendirinya. Di sini orang tua berperan sangat vital. Tidak sekadar memberikan makanan yang baik tetapi juga memberikan kasih sayang dan perhatian yang akan dirasakan oleh hati sang bayi sehingga ia merasa tenang, dan merasa berani menjalani kehidupan di dunia yang masih-masing.
Orang tua perlu memahami bahwa anak adalah titipan Tuhan. Artinya, orangtua memang wajib menghidupi dan mengarahkan, tetapi jangan sampai memaksakan kehendak. Di sinilah pentingnya kasih sayang yang tulus dan bersifat melindungi. Selama masa pertumbuhan ini, orangtua harus mendidik dan mendampingi anaknya sehingga terlihat potensi dan bakatnya sejak dini. Jika potensi dan bakatnya telah bisa dikenali, orangtua wajib mengarahkan anak untuk terus meningkatkan potensinya meskipun tidak selaras dengan impian orangtua.
Anak bisa saja dan bahkan sangat mudah diarahkan. Tetapi kelak ketika dewasa, kecenderungan susah diatur akan muncul cepat atau lambat, dan bisa berakibat pemberontakan. Akibatnya impian masa depan orangtuanya maupun cita-cita murni si anak sama-sama tidak tercapai.
Perhatian dan kasih sayang orangtua juga sangat penting untuk membentuk karakter sopan santun pada awal tahap perkembangan anak. Anak memiliki kecenderungan ingin diperhatikan, jika hal ini tidak ia dapatkan, maka akan tersimpan dalam pikiran bawah sadarnya yang kelak akan muncul berupa berbagai tindakan ekstrem dan melawan peraturan karena ingin mencari perhatian dan pengakuan. Berbagai dongeng, cerita novel, dan film banyak sekali mencontohkan hal tersebut.
Lingkungan Pendidikan
Pada masa pertumbuhan, anak mempelajari berbagai hal mulai dari cara bicara, bahasa, gerak-gerik, hingga perilaku kecil sehari-hari. Metode pembelajaran anak adalah meniru. Oleh karenanya, ia sangat dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggalnya. Jika kedua orangtuanya sering bertengkar, maka anaknya akan belajar dan meniru demikian juga. Jika orangtuanya merokok, anak juga ingin merokok, dan sebagainya. Oleh karenanya, sangat penting bayi yang sudah berhenti minum air susu ibu (ASI) dibuatkan kamar tersendiri.
Pergaulan anak juga harus dikontrol pada awal tahap perkembangan anak agar tidak tercemar oleh pergaulan masyarakat dewasa yang terkadang kurang sehat. Seringkali ada seorang balita yang sudah bisa mengumpat, dan jika marah memaki-maki seperti orang dewasa. Tentu hal tersebut didapat dari meniru lingkungannya. Beruntung bila Anda tinggal di lingkungan sosial yang ramah dan sehat. Meski demikian, tetaplah perlu pendampingan. Jika suatu kali anak melihat perilaku yang kurang baik, orangtua harus secepatnya menjelaskan dengan baik agar ia paham bahwa hal tersebut tidak pantas ditiru.
Selain lingkungan sosial, televisi juga sangat berpengaruh. Dewasa ini, banyak sekali acara televisi yang tidak mendidik, terutama bagi anak di bawah umur. Orang tua perlu menyeleksi dengan ketat tontonan televisi yang akan dikonsumsi anak-anak tercinta. Jangan sampai karena ingin memberikan hiburan, orangtua justru menjerumuskan anaknya menjadi manusia yang tidak berkualitas.
Anak adalah penentu nasib masa depan, olehnya itu perlu untuk memberikan pendidikan yang baik pada tahap perkembangan anak-anak kita.